Mohon tunggu...
Zaenal Arifin
Zaenal Arifin Mohon Tunggu... Guru - Kawula Alit

Guru matematika SMP di Banyuwangi, Jawa Timur. Sedang masa belajar menulis. Menulis apa saja. Apa saja ditulis. Siap menerima kritikan. Email: zaenal.math@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Silaturahmi ke Kiai

27 Juli 2020   10:53 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:12 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak dan Ibu. Sumber foto: koleksi keluarga

Maaf, bukan provokasi. Ini kisahku dan adik-adik kandungku dengan "Bapak"-ku. Pak Thowi, "KH.Muhammad Thonthowi Imam". Tidak ada unsur politik. Tak terpengaruh oleh pasangan calon siapa dan apapun.

Rasa kangenku, penyebab tulisan-tulisanku tentang beliau. Akan kutulis dan kutulis. Kusebarkan, siapa tahu ada hikmah dapat diambil. Menyatir quote dari Pramoedya Ananta Toer, "Menulislah, apapun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna."

Hakul yakin, jika beliau membaca tulisanku, tersenyum sambil manggut-manggut. "Isok ae awakmu Nal." Sambil sesekali koreksi kata tidak pantas, tak sopan.

Suatu saat, kisah tulisanku yang dibaca oleh beliau, dikoreksi, akan aku ceritakan. Belum sekalipun kuceritakan pada keluarga, alumni, atau teman.

Kembali pada silaturahmi ke kiai.

Kiai yang aku maksud ya beliau, "Pak Thowi".

Idul fitri tahun 2003. Hari ketiga bulan Syawal. Aku dan ketiga adikku sowan ke ndalem beliau.

Di awal perbincangan beliau bertanya, "Wes nglencer neng bulekmu?"

"Dereng Pak." Jawabku singkat.

Bulek (bibi) yang dimaksud adalah adik kandung bapakku sendiri, Bulek Sumelik. Kebetulan rumah bulek tidak terlalu jauh. Satu dusun dengan Pak Thowi. Pak Thowi hafal dengan saudara bapakku.

Ada ikatan batin yang tidak dapat dijelaskan antara bapak dan Pak Thowi. Saat bapak meninggal, tahun 1998, Pak Thowi beruraian air mata. Mungkin melihat aku dan adik-adik masih kecil. Wallaahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun