Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surya Paloh Ketemu Jokowi, Apa yang Dibicarakan?

28 Januari 2023   08:08 Diperbarui: 28 Januari 2023   08:16 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surya Paloh Pelukan Sama Jokowi, Sumber Foto TEMPO.CO

Cukup mengejutkan, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ketemu Presiden Jokowi. Mengejutkan, jika mengingat “perseteruan” terselubung yang selama ini terjadi diantara mereka. Pasca Nasdem mencapreskan Anies Baswedan. Lepas ini, Jokowi nampak enggan menunjukkan kemesraan dengan Paloh. Bahkan saat HUT Nasdem, Jokowi absen. Padahal di acara yang sama partai lain, beliau hadir.

Pertemuan Paloh Jokowi dibenarkan oleh perwakilan kedua belah pihak. Disarikan dari berbagai sumber, Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwo mengatakan, benar pada 26 Januari 2023 kemarin Surya Paloh sudah ketemu Presiden Jokowi. Sementara itu, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Mahmudin juga membenarkan hal sama.

Saya amati, pertemuan itu kelihatan sangat tertutup. Biasanya, kalau ada peristiwa penting antar tokoh bangsa, terlebih dibidang politik, media akan tahu atau dikabari lebih dulu. Hingga sebelum acara berlagsung, para wartawan sudah siap nyanggong di lokasi acara. Dan tetap standby menunggu hingga acara kelar. Untuk kemudian diadakan jumpa pers.

Ini tidak. Sudah tak ada jumpa pers, publik di suguhi kabar setelah pertemuan selesai. Seperti tiba-tiba pula. Padahal, waktunya hampir bersamaan dengan kunjungan para petinggi Nasdem ke Sekber koalisi Kebangkitan Indonesia Raya sebagai markas besar Gerindra PKB. Kompas.com 27 Januari 2023 melaporkan, Nasdem ke Sekber pada siang hari. Sementara Paloh ketemu Jokowi di sore harinya.

Lepas dari ketertutupan itu, spekulasipun akhirnya bertebaran di tengah-tengah publik. Menjadi reka-reka bersama. Kira-kira, apakah gerangan yang dibicarakan oleh Ketua Umum Nasdem dan Presiden.? Yang jawabannya tak mungkin bisa ditemukan secara valid. Kecuali ada keterangan resmi. Baik dari perwakilan Nasdem maupun pihak istana.

Tak perlu ditebak bahwa Paloh Jokowi bicara soal nasib bangsa dan negara ya. Ini sih terlalu idealis dan sangat berlebihan. Seakan-akan pertemuan itu sangat-sangat agung. Hingga sanggup mengalahkan kualitas beberapa momentum lain. Yang sebenarnya lebih layak untuk dibicarakan. Misal suksesnya kelanjutan pembangunan sodetan kali Ciliwung.

Hanya lingkup lokal Jakarta memang. Tapi dampak persepsi yang ditimbulkan menjadi isu nasional. Bahkan bisa membawa nama baik Indonesia di luar negeri. Lha bagaimana tidak. Selesainya sodetan berarti mengurangi banjir yang acapkali terjadi di Jakarta. Sementara Jakarta sendiri merupakan Ibu Kota Negara. Masak Ibu Kota selalu kebanjiran. Kan tak elok dimata dunia.

Jadi sekali lagi, tak perlulah menebak terlalu tinggi tentang materi pembicaraan Paloh Jokowi. Saya kok lebih cenderung to the point. Langsung kepada masalah aktual yang sudah berlangsung selama ini. Apalagi kalau bukan seputar capres pada pilpres 2024 dan kelanjutan nasib para menteri dari kader Nasdem di Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh presiden.

Bicara soal pilpres, pastinya teropong harus difokuskan pada sosok Anies Baswedan. Sebagai kandidat yang dicapreskan oleh Nasdem. Bukan figur lain. Dalam persepsi saya, Anies layak dijadikan materi tebakan. Mengapa, ya karena dialah yang jadi “penyebab” awal mula retaknya hubungan kedua tokoh. Dimata Jokowi, Nasdem dianggap kesusu memilih Anies Baswedan.

Yang layak juga dijadikan bahan tebakan adalah soal reshuffle kabinet. Mengapa, karena sekarang Nasdem di persepsikan ada di kelompok seberang. Menjalin koalisi dengan partai oposisi yang bernama Demokrat dan PKS. Ya wajar saja jadi masalah bagi Jokowi. Masak partai yang kadernya ada di pemerintahan menjadi menteri, berkawannya dengan pihak “lawan”. Kan bertolak belakang itu namanya. Ini untuk tidak mau menyebut bagai “bunglon” ya.

Terlebih kalau menyimak pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tentang kebiasaan Pak Jokowi ketika hendak mengeluarkan sebuah keputusan penting. Misal akan ada reshuffle. Pak Jokowi terlebih dulu bakal ketemu atau mengumpulkan para pimpinan parpol macam Surya Paloh (Kompas.com, 27/01/2023). Dalam konteks ini, makin kuatlah tebakan. Bahwa pertemuan itu bicara soal penggantian tiga menteri dari Nasdem.

Bagaimana hasilnya nanti, biar waktu yang akan menjawab. Kita-kita sebagai penikmat kabar tentang dunia politik tinggal menunggu. Hanya saja, disamping soal capres dan reshuffle, ada juga masalah yang sempat mampir di pikiran saya. Yaitu tentang inisatif. Siapakah kira-kira yang lebih dulu punya kehendak atau mengajukan diri untuk ketemu..? Jokowi atau Paloh…?

Jawab atas pertanyaan itu penting dikemukakan. Meski bersifat rahasia misalnya, wajar-wajar saja publik diberi tahu. Guna jadi bahan kesimpulan, siapa sebenarnya yang paling membutuhkan. Kalau yang punya inisiatif pihak istana, berarti Jokowi yang butuh Surya Paloh. Tapi kalau yang mengajukan ingin ketemu datang dari Partai Nasdem, maka Surya Paloh yang butuh Jokowi.

Tak ada konfirmasi langsung dari kedua belah pihak tentang hal tersebut. Baik pihak Nasdem maupun Istana, sama-sama “tutup mulut”. Termasuk dari PDIP selaku partai yang menjadi beking Jokowi. Mungkin benar pertemuan itu bersifat sangat rahasia. Namun kita bisa menebak siapa yang paling membutuhkan diantara mereka, setidaknya dari dua pemberitaan berikut ini.

Warta Ekonomi edisi 27 Januari 2023 memberi judul pertemuan itu dengan kalimat “Surya Paloh Penuhi Panggilan Jokowi di Tengah Isu Reshuffle..”. Menyimak judul Warta Ekonomi, persepsi awam tentu langsung bisa kasih kesimpulan. Bahwa yang butuh Surya Paloh adalah Jokowi. Bukan sebaliknya. Bagaimana tidak. Lha itu Pak Surya dipanggil loh. Bukan mau ketemu.

Namun kalau menyimak tanggapan Hasto tentang pertemuan yang ditayangkan oleh Kompas.com 27/01/2023, rasa-rasanya kok Surya Paloh yang membutuhkan Pak Jokowi. Dengan kata lain, pihak Nasdem yang mengajukan diri ke pihak istana. Kata Hasto secara rinci, “Pak Jokowi selalu membuka pintu istana, dialog untuk kepentingan bangsa dan negara”.

Naah, secara logika pintu dibuka kan kalau ada tamu yang mengetuk. Jika tak ada tamu, lalu untuk apa tuan rumah boro-boro membuka pintu. Kan sama saja itu cari kerjaan yang tak perlu. Sia-sia lagi. Atau, memang ada ketukan. Lalu ketika dibuka tak ada orang.. Kan hantu atau jin itu namanya. Heheeeeeee

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun