Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menakar Dukungan Jokowi jika Prabowo & Ganjar Maju Berpasangan

15 November 2022   08:40 Diperbarui: 15 November 2022   15:57 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Capres-Cawapres Prabowo-Ganjar, Sumber Foto TangselPos.id

Ini artikel bukan dalam rangka jadi faktual. Ada duet capres cawapres Prabowo-Ganjar. Kemudian berebut vox pop lawan pasangan lain. Lalu menang pilpres kemudian dilantik. Tidak demikian maksud saya. Sebab untuk bisa menuju kesana, butuh keputusan radikal parpol pengusung. Maukah partai-partai yang sekarang eksis usung Prabowo-Ganjar..? Jawabnya pastilah pelik.

Tapi kalau benar terwujud, ya patut disyukuri. Terutama oleh para pendukung kedua tokoh politik itu. Konstituen dan kader Gerindra jelas ingin Prabowo menang pilpres 2024. Karena merupakan kesempatan terakhir. Setelah tiga kali berturut-turut selalu kalah ditahun 2009, 2014 dan 2019. Terlebih merupakan amanat yang diputuskan oleh forum tertinggi partai.

Demikian pula para pendukung Ganjar Pranowo. Jika diduetkan bersama Prabowo, tujuan mereka menaikkan Gubernur Jateng ke puncak pimpinan eksekutif nasional terbuka lebar. Tapi kan “cuma” wapres..? Sebagai langkah awal ya gak papa. Nanti setelah terbuki sukses jalankan tugas sebagai pendamping, dengan sendirinya terbuka kans sangat lebar untuk jadi capres.

Terlebih, ada kemungkinan besar pada pilpres 2029 Prabowo tak akan maju lagi. Karena faktor usia. Sementara disisi lain, Ganjar masih terbilang relatif muda. Punya perjalanan cukup panjang untuk berkarir dibidang politik. Maka duet dengan Prabowo, apalagi sampai menang, adalah kesempatan paling bagus menunjukkan prestasi sebagai wapres. Kalau lancar sesuai skenario, dengan sendirinya nama Ganjar akan jadi rebutan partai untuk dicapreskan. Sebagaimana fakta Jokowi di tahun 2019.

Tak dapat dipungkiri, duet Prabowo-Ganjar punya potensi besar jadi juara. Hasil rilis survei yang diselenggarakan oleh IndoStrategi Reaserch and Consulting, pada rentang waktu antara tanggal 27 Oktober-5 November 2022, menunjukkan angka kemenangan hingga 60.3 persen. Dengan margin of error plus minus 2.83 persen. Sebuah hasil yang menggambarkan harapan sangat besar.

Apalagi, kalau barisan Projo yang merupakan pendukung Jokowi ekstra partai kompak. Tambah besar lagi peluang menang duet Prabowo-Ganjar. Dan ini bukan sesuatu yang berlebihan. Karena fakta menunjukkan, pada berbagai kesempatan Jokowi sebagai Bos para Projo, menampakkan sinyal dukungan kepada Ketum Gerindra dan Gubernur Jateng.

Anda tentu masih ingat saat Jokowi menyampaikan pidato di acara ulang tahun partai Perindo. Kata Jokowi waktu itu, kelihatannya habis ini adalah jatah Pak Prabowo. Lalu flashback kebelakang sejenak. Pada acara Rakernas ke-5 Projo di Magelang Jawa Tengah, dimana Ganjar juga hadir. Saat itu spontan namanya diteriakkan oleh hadirin, begitu Jokowi bilang “Jangan tergesa-gesa. Meskipun mungkin yang kita dukung ada disini”.

Ada yang tanya, kenapa pernyataan demikian tak diberikan oleh Jokowi kepada Puan Maharani..? Padahal, beberapa fakta menunjukkan Puan lebih dekat dibanding Prabowo Ganjar. Pertama karena dia adalah putri Bu Mega. Kedua, merupakan elit PDIP yang kemungkinan besar jadi Ketum berikutnya. Ketiga, sering dibawa oleh Presiden Jokowi jika ada kunjungan ke berbagai daerah.

Tapi, nampaknya Puan tak masuk nominasi Jokowi. Meski sering disodor-sodorkan oleh elit PDIP, tak mampu juga menggugah hati Jokowi untuk dukung Puan. Ya wajar saja. Sebagai presiden yang ingin mengamankan kebijakan pasca lengser, Jokowi tentu realistis. Hasil survei yang tak ngangkat, membuat Puan sulit menang. Lha bagaimana mungkin menitipkan kebijakan kepada capres yang naga-naganya akan kalah.?

Lebih dari itu, saya duga Jokowi paham akan kemampuan orang. Menjadi pemimpin nomor satu dinegara berpenduduk lebih dari 200 juta, bukan tanggung jawab main-main. Sangat berat sekali. Hanya bisa dipegang oleh politisi yang betul-betul sudah teruji. Serta punya pengalaman berkarir secara mandiri dari bawah. Bukan langsung ada diatas. Apalagi didapat secara pragmatis karena kekuatan paternalistik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun