Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Musra Relawan Jokowi, Kekuatan Penyeimbang Sang Presiden

8 November 2022   09:14 Diperbarui: 8 November 2022   10:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Jokowi Ditengah-tengah Relawan Projo, Foto Dok. Antara Foto/Aprillio Akbar, Via DetikNews

Pertunjukan dominasi Megawati tersebut bahkan mengarah pada sikap tak adil para elit PDIP. Katanya, seorang kader dilarang keras bicara soal capres. Meski cuma sekedar ungkap kesediaan dicalonkan. Kader yang melakukan bakal kena sanksi. Contoh yang masih hangat adalah sanksi terhadap Ganjar Pranowo. Padahal, Gubernur Jateng ini menyatakan siap hanya jika dicalonkan oleh PDIP.

Tapi terhadap Puan Maharani, yang secara terang-terangan menunjukkan diri sebagai kader yang layak di capreskan oleh PDIP, para elit partai jadi kicep. Tak mampu kasih sanksi teguran lisan seperti dialami Ganjar. Padahal, apa yang terjadi pada Putri Bu Mega itu, dimana pernah ada teriakan “Puan Presiden” seperti di tangga Gedung DPR RI dan saat Festival Kopi Tanah Air oleh PDIP beberapa waktu lalu, lebih kental nuansa pencapresannya dibanding kesediaan Ganjar.

Pertanyaannya sekarang, masih pantaskah PDIP disebut sebagai partai wong cilik ditengah kekuasaan Megawati mengendalikan keputusan partai..? Bukankah lebel wong cilik merupakan tanda, bahwa PDIP akan senantiasa menempatkan aspirasi sebagai pertimbangan utama.? Menurut saya, PDIP sudah berubah dibanding saat pertama kali muncul ketika Megawati masih berjuang melawan kekuatan Presiden Soeharto jaman orba dulu.

Karena itu, bukan sesuatu yang bisa disalahkan, jika saat ini muncul wacana Pak Jokowi didorong sebagai Ketum menggantikan Megawati. Meski wacana ini ditentang, tapi fakta suara publik tak mungkin dibantah. Bahwa untuk menyelamatkan partai dimasa mendatang, tak ada jalan lain kecuali menggeser dominasi keluarga trah Soekarno. Dan jawabannya ada di Pak Jokowi.

Saat ini Megawati memang masih merupakan magnet bagi konstituen PDIP. Cuma seiring pergantian generasi yang pastinya ada perubahan sudut pandang tentang pilihan parpol, dari paternalistik menjadi realistis, cepat atau lambat kekuatan magnet Megawati akan memudar. Kalau tak diantisipasi dari sekarang, PDIP bakal menjadi partai kenangan.

Sebaliknya, figur Jokowi saya kira akan tetap dikenang oleh konstituen. Karena kualitas ketokohan yang melekat pada beliau didapat karena hasil kerja keras sebagai presiden. Yang tentunya bisa ditebak lebih awet dibanding faktor keturunan. Dan ini yang saya lihat dari kekuatan Relawan Jokowi. Pendapat saya, tolong akomodir itu Musra, terutama oleh PDIP. Sebab kalau tidak, jangan-jangan komunitas ini jadi ngambek. Lalu bermetamorfosis jadi parpol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun