Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata Kapolri dan Anies Baswedan Soal Politik Identitas

2 Oktober 2022   09:17 Diperbarui: 2 Oktober 2022   09:25 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Anies Paling Kiri Dan Kapolri Paling Kanan Saat Peresmian Gedung Pemuda Pancasila, Foto Dok. Liputan6.com/Winda Nelfira

Kemarin, ada dua kegiatan yang kembali menggugah memori saya tentang fenomena politik identitas. Pertama, berkaitan dengan isi sambutan Pak Kapolri Listyo Sigit Prabowo saat diberi kesempatan oleh panitia untuk menyampaikan pidato pada acara peresmian gedung Pemuda Pancasila di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu tanggal 1/10/2022.

Mengutip tayangan Kompas.com 02/10/2022, dalam acara tersebut secara tersirat Kapolri menyinggung soal bahaya politik identitas

Kata Pak Kapolri “Jadi ini kesempatan saya juga untuk mengingatkan, mohon maaf ada Pak Anies, ada rekan-rekan yang lain. Sebentar lagi kita masuk di dalam tahun politik. Tahun 2019, kita sudah merasakan bagaimana waktu itu kita asik terlarut dengan kondisi pemenangan terhadap calon masing-masing”.

Atas sambutan Kapolri tersebut, yang menarik bagi saya adalah tentang permohonan maaf Kapolri yang secara khusus, entah karena disengaja atau hanya kebetulan saja, menyebut nama Anies Baswedan sebelum meneruskan masukannya soal politik identitas. 

Seakan-akan, dalam persepsi saya, Pak Kapolri memberi penekanan tersendiri pada Gubernur DKI yang akan lengser pada tanggal 16 Oktober 2022 ini.

Memori saya lalu teringat pada pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tahun 2017 silam. Sudah maklum, pasca pilkada sebagian orang memberi julukan Bapak Politik Identitas kepada Pak Anies. Ini tak lain karena ulah beberapa pendukung beliau. Yang menjadikan agama (islam) sebagai “senjata” menjaring vox pop warga DKI.

Anda masih ingat ketika itu.? Kalau saya masih. Yang membekas dipikiran saya adalah ketika ada seorang warga muslim meninggal dunia. Setelah dikafani dan hendak disholatkan dalam sebuah masjid, ditolak oleh warga sekitar. 

Penyebabnya, karena dianggap bukan pendukung Pak Anies. Mengenaskan bukan..? Hanya gara-gara beda pilihan yang tak lebih dari lima menit dibilik suara, urusan syariat jadi korban. Padahal, mensholatkan janazah hukumnya fardlu kifayah.

Itu yang pertama. Kegiatan kedua yang kembali menggugah memori saya adalah pernyataan Pak Anies Baswedan di hadapan ratusan anak muda para peserta Indonesia Millenial And Gen Z Summit di Jakarta selatan pada 30/09/2022. Disini, lagi-lagi soal politik identitas. Selaras dengan persoalan yang terjadi pada warga DKI sebelum dan pasca pilkada tahun 2017.

Meringkas laporan Tempo.co 1 Oktober 2022, pada kesempatan tersebut Pak Anies memberi gambaran. Bahwa dalam kenyataan, ketika kampanye ada unsur emosi dan programatik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun