Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat PKS Terpana, AHY Bisa Merana

24 Agustus 2022   08:02 Diperbarui: 24 Agustus 2022   08:31 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono, Foto Dok. Istimewa, Via PinterPolitik.com

Pertemuan Puan dan Paloh yang terjadi pada senin, 22 Agustus 2022 tambah menguak arah koalisi pilpres 2024. Sosok Puan Maharani yang mewakili PDIP dan Surya Paloh dari Nasdem, seakan menjawab pertanyaan masyarakat yang selama ini menggelayut, kemanakah dua partai politik itu akan berlabuh..?

Pertemuan tersebut nampaknya membuat Puan Maharani senang. Mungkin karena misi khusus yang dititipkan Megawati sebagai Ketua Umum PDIP tercapai. Memang belum ada keputusan final soal koalisi penuh. Sebab untuk menuju kesana harus ada proses lebih lanjut. Baik melalui internal partai masing-masing, maupun puncaknya di KPU kelak.

Namun melihat nilai stretagis yang bisa dihasilkan, Puan tentu tak mau menyia-nyiakan pertemuan pertama itu. Ibarat rumah yang pintunya sudah terbuka, kini saatnya menggunakan kesempatan. Apalagi, tuan rumah sudah mempersilahkan. Jadi, untuk apalagi manggut-manggut masih diluar. Mending masuk sekalian.

Disarikan dari Kompas.com 23/08/2022, Ketua Nasdem Surya Paloh memberikan sinyal, kedepan pertemuan dengan Puan maupun elite PDI-P akan terus dilanjutkan. Ada dua alasan mengapa harus berlanjut. Pertama, kata Pak Surya, antara dirinya dan Puan memiliki satu pemikiran dan kesamaan. Kedua, PDIP Nasdem merupakan partai nasionalis.

Amat sangat menyadari hidup matinya perjalanan negeri ini ditentukan sejauh mana kekuatan barisan nasionalisme. Sehingga bisa mempertahankan posisi, peran, dan eksistensi. Harapannya, kerja sama politik antara Nasdem dan PDI-P bisa berlangsung selamanya. Demikian Surya Paloh. Puan juga berharap sama. Menurutnya, ini adalah pertemuan pertama dan bukan yang terakhir.

Apa yang dikemukakan kedua petinggi partai tersebut tak dipungkiri merupakan sinyal kuat untuk menyatukan persepsi. Jika tak ada aral melintang, PDIP dan Nasdem sangat dekat menjadi kawan koalisi. Menyusul PPP, PAN dan Golkar yang sudah bersepakat lebih dulu. Juga mengikuti Gerindra PKB yang telah melakukan deklarasi bersama.

Kalau benar terjadi, koalisi PDIP Nasdem jelas merupakan pukulan telak bagi Demokrat dan PKS. Mengapa demikian, karena Nasdem sebenarnya merupakan harapan kedua partai ini. Memang benar masih bisa gabung ke KIB dan Gerindra PKB. Namun posisinya jelas tidak sama jika bersama Nasdem. Di KIB dan Gerindra PKB, Demokrat PKS tak ubahnya orang kedua. Jatahnya cukup di kursi kelas ekonomi. Tapi bersama Nasdem, Demokrat PKS ibarat pemilik gerbong. Bisa milih kursi sendiri.

Ya benar, tanpa Nasdem, Demokrat PKS bagai pengusaha tak cukup modal. Gimana mau berdagang kulakan barang, wong uangnya tak cukup membayar harga komoditas. Demokrat cuma punya 7,77 persen. Sementara PKS hanya 8,21 persen. Jika keduanya patungan, terkumpul 15.98 saja. Mana bisa beli sesuatu untuk dijual yang harganya minimal 20 persen. Ya pasti tak cukup lah. Masih jauh brow...

Anda tahu, itu juga berimbas pada capres yang rencananya akan di usung oleh Demokrat dan PKS. Berkali-kali Demokrat menyampaikan ke publik akan mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Sementara PKS, memberikan sinyal kuat ke Anies Baswedan. Jika benar Nasdem koalisi dengan PDIP, maka terjadinya skenario kedepan pasti membuat sesak dada Demokrat dan PKS, selain perumpamaan sebagai pengusaha tak cukup modal diatas tadi.

Hanya mengandalkan Demokrat, AHY yang pensiunan Mayor itu tak bisa ikut nyapres. AHY harus jadi penonton di luar ring. Imbasnya, suara Demokrat tak ikut terkerek dalam pileg 2024. Karena jauh dari "barokah" efek ekor jas. Sebagaimana pengalaman sebelumnya, partai politik yang bisa mengusung capres berdampak cukup signifikan terhadap perolehan suara dalam pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun