Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Berkah Ramadhan : Antara Usaha Dan Ketentuan

23 April 2022   08:31 Diperbarui: 23 April 2022   08:32 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sebelum anda lanjut baca hingga tuntas, perlu saya kasi batasan. Bahwa tulisan ini bukan dalam rangka membicarakan soal teori ekonomi. Tetapi ingin menggambarkan tentang berkah dari Allah SWT yang tidak akan pernah putus diterima oleh manusia. Dalam kondisi dan situasi apapun. Terlebih pada bulan ramadhan.

Ide tulisan ini berdasar pengalaman pribadi. Saat itu, sekitar jam empat sore, saya datang ke sebuah warung. Tujuannya, ingin beli makanan untuk tambahan lauk buka puasa. Ooo ya, didaerah saya, kebetulan tidak ada paksaan warung makan harus tutup selama ramadhan. Baik yang dilakukan oleh pemerintah, apalagi ormas. Usaha rumah makan, tetap jalan seperti biasa.

Sembari tunggu pesanan dibungkus, iseng saya tanya kepada pemilik warung. Bagaimana omzet selama  ramadhan, naik atau turun..? Perkiraan saya, jawabnya pastilah turun. Karena dibulan ini, pelanggan yang beragama islam sedang puasa. Tidak mungkin beli makan untuk disantap saat siang hari. Logikanya kan pasti begitu.

Namun pikiran saya salah. Jawaban pemilik warung malah membuat saya heran. Pada hari pertama hingga ke empat ramadhan memang sepi. Tapi masuk hari kelima dan seterusnya, normal lagi seperti biasa. Bahkan, tambahnya, masuk hari ke tujuh hingga sekarang, seringkali omzetnya naik melebihi pendapatan pada hari-hari lain diluar ramadhan.

Alasan Harus Tutup

Salah satu alasan mengapa warung makan harus tutup selama ramadhan, adalah untuk menghormati orang puasa. Ini sebenarnya kurang tepat. Karena ibadah puasa tidak ada kaitan dengan penghormatan kepada seseorang. Dalam konteks syariat, hubungan antara manusia dengan Allah, puasa bersifat personal. Wajib secara individu. Kalau ada pendapat bahwa warung harus tutup untuk menghormati orang puasa, maka pendapat tersebut bisa dibantah dengan pertanyaan balik : Apakah yang perlu dihormati hanya mereka yang puasa..? Sedang yang tidak puasa macam musafir, berhalangan dan saudara-saudara non muslim boleh dikucilkan atau bahkan dihina..?

Warung buka seperti biasa selama ramadhan sebenarnya bukan masalah. Tidak menghambat laju perjalanan ekonomi. Anggap itu sebagai godaan penguji kekuatan iman. Jika tahan godaan, iman makin tebal. Sekedar tahu, dalam hal ibadah, termasuk puasa, besarnya godaan berpengaruh terhadap kualitas pahala. Makin besar godaan selama menjalankan ibadah puasa, tambah berlimpah pula pahala yang didapat. Sebaliknya, jika godaan yang datang hanya se-uprit, maka pahala yang diterima ya ala kadarnya.

Hitungan Akal.

Himbauan dan paksaan menutup warung makan disiang hari selama ramadhan, sekilas nampak logis. Mungkin hitungannya begini : percuma tetap buka. Toh nanti tidak ada yang akan beli. Memang benar, jika mengikuti penilaian akal, warung buka di bulan ramadhan akan sepi pelanggan. Pengunjung yang biasanya hadir membludak, jadi sedikit. Bisa dihitung dengan jari. Itupun kalau ada. Kadang hingga tengah hari, belum ada satupun yang datang hendak pesan makan.

Semua itu terjadi, karena umat islam Indonesia, sebagai pemeluk agama terbesar didunia, tengah menjalankan ibadah puasa. Tidak makan dan minum, hampir seharian penuh. Mulai dari adzan subuh, hingga adzan maghrib tiba. Mereka yang biasanya nongol di pagi hari untuk sarapan diwarung sebelum mulai kerja, sakarang tidak kelihatan. Saat datang waktu makan siangpun, juga tidak nampak. Akhirnya warung jadi sepi

Akibatnya, omzet turun. Pendapatan tidak maksimal, jauh dari harapan. Uang tunai yang masuk sangat minim. Modal usaha warung mandeg. Tidak ada perputaran. Dampaknya, kondisi usaha berjalan buruk. Disisi lain, berbagai bahan makanan yang sudah diolah siap saji, hanya mampu bertahan beberapa jam. Jika dibiarkan terlalu lama, tidak segera dikonsumsi, akan kadaluarsa. Pemilik warung pasti akan rugi.

Seperti itulah gambaran, jika usaha buka warung hanya dihitung berdasar kekuatan akal. Kadar kepastian menjadi yang terdepan dan utama. Persis seperti pelajaran matematika. Dimana dalam prosesnya, tidak dapat diganggu gugat. Mesti konsisten. Tidak boleh ada perubahan. Contoh, satu tambah satu sama dengan dua. Tidak mungkin tiga atau lebih. Jika hasilnya bukan dua, itu tidak masuk akal. Sesuatu yang sangat mustahil. Dan perlu dikoreksi. Bagi orang yang paham matematika, pasti menolak hasil hitungan yang tidak masuk akal itu.

Logika bahwa warung buka disiang hari selama ramadhan akan sepi pelanggan, adalah pemikiran yang kurang benar. Logika demikian bisa menyebabkan dua masalah sekaligus. Pertama, seakan-akan adanya bulan ramadhan adalah masalah. Padahal, dalam dalil disebutkan bahwa datangnya bulan ramadhan itu sebuah berkah. Bukan masalah.

Kedua, logika itu mencederai kekuasaan Allah dalam hal mencukupi rezeki manusia. Dalam hadits HR. Ahmad, diriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda: "Telah datang kepada kalian bulan (ramadhan) yang penuh berkah". Berkah disini maksudnya adalah ziyadatul khair, yakni bertambahnya kebaikan semacam makin banyaknya pahala seperti gambaran diatas.

Yang juga tergolong sebagai ziyadatul khair adalah bertambahnya rezeki. Untuk yang ini, contohnya adalah pemberian bingkisan lebaran dan THR bagi karyawan. Serta diterimanya zakat mal atau fitrah bagi saudara-saudara kita yang kebetulan tergolong fuqarak masakin. Tambahan rezeki berupa bingkisan lebaran, THR dan zakat, bisa terjadi hanya karena berkah datangnya bulan ramadhan.

Tetap buka warung makan saat bulan ramadhan juga merupakan pembuka datangnya rezeki. Dalam beberapa hadits diterangkan bahwa berdagang adalah salah satu dari sepuluh pintu rezeki. Selanjutnya diterangkan pula : "Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur". (HR.Ahmad, Al-Bazzar, Ath-Thabrani).

Allah Maha Kuasa mengalirkan rezeki kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Tidak pandang bulu. Siapapun dia. Apapun profesinya. Maka, jika bicara soal hasil usaha buka warung, tidak bisa kalau hanya digantungkan pada hitung-hitungan akal. Sebab hal itu berhubungan dengan kekuasaan Allah dalam membagi rejeki. Sekedar tahu, bahwa rejeki setiap makhluk telah dijamin oleh Allah. Tanpa melihat masa atau momentum tertentu. Asal ada ikhtiar, dalam kondisi dan waktu kapanpun, Allah tidak akan pernah berhenti mengalirkan rezekinya.

Dalam QS. Hud ayat 6 Allah SWT berfirman : "Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)".

Muncul pertanyaan, kalau memang rezeki sudah ditentukan kadarnya oleh Allah, lalu untuk apalagi ada ikhtiar, masih harus usaha buka warung misalnya..? Bukankah itu adalah pekerjaan yang sia-sia..? Karena sia-sia, maka lebih baik diam saja. Duduk santai dirumah sambil tunggu Allah datang memberi rezeki.

Rezeki memang sudah ditentukan. Tapi soal apakah rezeki itu hendak diambil atau tidak, tetap tergantung pada manusia. Karena itu, bijaklah memahami ketentuan QS Hud ayat 6 diatas. Agar rezeki itu tidak lepas begitu saja. Eman-eman. Kadung sudah disiapkan.

Bagaimana caranya..? Begini, anda yang punya usaha warung, jangan malas untuk istiqamah tetap buka. Meskipun bulan ramadhan. Mengapa jangan malas..? Karena ikhtiar buka warung itu, sama dengan membuka pintu datangnya rezeki yang akan dikirim oleh Allah kepada anda. Lha, kalau pintunya tertutup, bagaimana mungkin kiriman rezeki itu bisa masuk..? Pastinya akan pulang balik kepada pengirim-Nya.

Ini sama halnya dengan anda yang masih  jomblo. Belum punya pendamping hidup. Namun sudah ada cewek idaman yang jadi incaran. Untuk mendapatkannya, anda harus "tembak" itu cewek, sebagai pintu pembuka agar nanti bisa anda lamar, lalu digandeng duduk dikursi pelaminan sebagai istri. Cewek idaman itu ibarat rezeki anda. Sedang "tembakan" dan lamaran adalah pintu masuk suksesnya si cewek dijadikan istri. Kalau anda malu tidak pernah mau "tembak" itu cewek, lalu sampai kapan anda bisa ajak dia ikrarkan akad nikah didepan penghulu..? Hingga lebaran kudapun, kata Presiden keenam RI Pak SBY, itu tidak mungkin pernah terjadi. Selamanmya anda akan tetap menjomblo.

Antara usaha dan ketentuan Allah adalah dua hal yang tidak dapat dinafikan oleh setiap manusia. Keduanya ibarat sekeping mata uang. Mesti harus ada, meskipun masing-masing permukaan beda gambar dan warna. Menghilangkan salah satu, berakibat uang tidak laku dijadikan alat jual beli. Rezeki juga begitu. Untuk mendapatkannya, tergantung pada usaha dan ketentuan. Caranya bagaimana..? Dalam konteks usaha, rajin-rajinlah anda buka warung. Jangan malas. Sedang dalam konteks ketentuan, sering-seringlah anda berdoa. Jangan malu atau sungkan minta kepada Allah...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun