Setiap orang punya cara sendiri untuk berkurban. Sebagai seorang Katolik yang hidup di tengah masyarakat majemuk, saya memilih mengekspresikan semangat berkurban melalui dua momen penting dalam iman saya: masa Prapaskah dan masa Natal. Tradisi ini telah saya jalani selama bertahun-tahun, sejak mulai memiliki penghasilan sendiri.
Aksi Puasa Pembangunan: Askese yang Membebaskan
Dalam spiritualitas Katolik, masa Prapaskah adalah waktu pertobatan dan pembaruan hidup. Salah satu bentuk konkret yang saya lakukan adalah berpartisipasi dalam “Aksi Puasa Pembangunan (APP)”, sebuah gerakan solidaritas nasional Gereja Katolik Indonesia untuk membantu mereka yang mengalami keterbatasan ekonomi, pendidikan, maupun akses kesehatan.
Dalam tradisi keluarga, saya dan anak-anak terbiasa menabung secara kolektif, sesuai kemampuan kami masing-masing dengan menyisihkan uang saku, antara seribu hingga lima ribu rupiah per hari. Ini bukan soal besar kecil nominal, tapi tentang komitmen dan konsistensi.
Tabungan ini dikhususkan untuk dua hal: mendukung APP di masa Prapaskah dan Aksi Natal di akhir tahun baik melalui gereja maupun melalui sekolah dan kampus di mana anak-anak bersekolah dan kuliah (anak saya sekolah dan kuliah di bawah yayasan pendidikan Katolik).
Puasa yang saya jalani bukan hanya menahan makan, melainkan juga belajar menahan ego, keinginan konsumtif, dan kecenderungan untuk hidup hanya untuk diri sendiri. Kurban saya adalah pengendalian diri yang menghasilkan ruang untuk berbagi.
Tak hanya lewat donasi, bentuk aksi nyata juga saya wujudkan melalui pemberian sembako untuk bakti sosial yang diadakan oleh panitia Paskah dan Natal di gereja.
Harapan Memperluas Bentuk Kurban
Ke depan, saya ingin memperluas bentuk kurban ini menjadi kunjungan ke panti asuhan, panti jompo, atau lembaga pemasyarakatan sebagai wujud nyata kasih di tengah penderitaan sesama. Dan ini tentu saja harus diimbangi dengan menambah nominal jumlah tabungan harian.
Saya juga berkeinginan mengubah kebiasaan memasukkan dana ini dalam celengan, yakni dengan memasukkannya dalam tabungan. Saya baru terpikir bahwa akan bagus juga jika dirupakan dalam bentuk tabungan emas sebulan sekali di pegadaian.
Dengan melakukan ini, tampak bayangan nilai nominal tabungan akan bertambah ketika saatnya dana dibutuhkan, dengan skema pengambilan dua kali dalam satu tahun yakni menjelang Paskah dan Natal. Nilai bertambah, bebas inflasi.