Hari ini, dan setiap 22 April, dunia memperingati Hari Bumi. Bagi banyak orang, ini merupakan momen untuk mengingat pentingnya menjaga alam dan lingkungan.
Demikian juga bagi umat Katolik dan banyak komunitas lintas iman, Hari Bumi juga menjadi saat yang istimewa untuk mengenang warisan besar yang ditinggalkan oleh Paus Fransiskus bahwa panggilan untuk mencintai bumi merupakan bagian dari iman.
Salah satu warisan paling kuat dari Paus Fransiskus adalah ensiklik Laudato Si’, yang Paus terbitkan pada tahun 2015. Ensiklik ini bukan hanya dokumen Gereja, namun menjadi semacam "surat cinta" bagi bumi, yang berisi sebuah ajakan untuk merawat rumah bersama dengan semangat pertobatan ekologis.
“Kita lupa bahwa diri kita sendiri adalah tanah (bdk. Kej 2:7). Tubuh kita terdiri dari unsur-unsur planet ini, udaranya memberi kita nafas dan airnya menghidupkan serta menyegarkan kita.” - Laudato Si’ no. 2
Melalui Laudato Si’, Paus Fransiskus menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap krisis lingkungan global. Ia melihat krisis ini bukan hanya sebagai masalah teknis, melainkan sebagai cerminan dari krisis spiritual dan moral umat manusia, yakni krisis akan rasa hormat terhadap ciptaan Tuhan.
Ekologi Integral: Visi Paus yang Melampaui Generasi
Konsep “ekologi integral” menjadi inti dari warisan ekologis Paus Fransiskus. Ia menekankan bahwa semua hal saling terhubung: alam, manusia, ekonomi, dan relasi sosial. Tidak mungkin mampu menyelamatkan bumi tanpa menyentuh akar ketidakadilan dan keserakahan yang merusak dunia.
“Segala sesuatu saling berhubungan, dan semua umat manusia berada di dalam satu rumah bersama.” - Laudato Si’ no. 164
Hari Bumi bukan hanya tentang menanam pohon atau membersihkan sungai. Hari Bumi adalah panggilan untuk membangun gaya hidup baru dengan gaya hidup yang lebih sederhana, penuh rasa syukur, dan sadar akan dampak setiap tindakan kita terhadap sesama makhluk dan generasi yang akan datang.
Membawa bekal dari rumah mengurangi sampah plastik - Dokumentasi pribadi

Langkah Kecil, Warisan Besar
Banyak yang merasa bahwa ajaran Paus Fransiskus terlalu besar untuk diwujudkan. Namun justru dalam hal-hal kecillah kita bisa mulai meneladani warisannya.