"He was pierced for our transgressions, He was crushed for our iniquities; punishment for our peace was on him, and by his wounds we are healed." (Isaiah 53:5)Â
Ia terlukai karena pelanggaran-pelanggaran kita, Ia ditumbangkan karena kejahatan-kejahatan kita; hukuman yang menimpa kita, Ia telah menanggungnya, dan karena lelah-Nya kita sembuh. (Yesaya 53:5)
Jumat Agung merupakan misteri kedua dalam rangkaian Tri Hari Suci setelah Kamis Putih. Dalam keheningan dan suasana duka, umat mengenang sengsara Yesus yang rela disalib demi menebus dosa dunia.Â
Jumat Agung merupakan peringatan sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Peristiwa agung hari ini mengandung makna yang sangat dalam:
- Peringatan pengorbanan dan sengsara Yesus Kristus yang rela mati di salib untuk menebus dosa-dosa manusia.
- Peringatan wafat Yesus Kristus dan merupakan awal dari proses kebangkitan Yesus, yang kemudian dirayakan pada hari Minggu Paskah
- Sebuah kesempatan bagi umat Kristiani untuk merefleksikan makna kematian Yesus dan menghayati iman mereka
- Jumat Agung juga mengingatkan umat Kristiani tentang pesan kasih dan pengampunan yang diajarkan oleh Yesus sendiri
Momen ini juga menjadi waktu untuk menjalankan pantang dan puasa, sebagai wujud syukur dan pertobatan atas cinta-Nya yang tak terhingga.
Merenungkan Sengsara Yesus dalam Kepapaan
Jumat Agung tahun ini tak dapat saya lewati di dalam gereja dengan suasana khidmat. Saya menjalaninya dalam diam di ruang pemulihan, dalam kepapaan; dengan kaki yang masih rapuh dan langkah yang masih tertatih.Â
Kuasa Tuhan sempurna, justru dalam kepapan dan di dalam ruang pemulihan itu, saya merasakan arti dari salib dan penderitaan Kristus secara lebih nyata.Â
Dalam kesendirian, saya merenungkan tubuh-Nya yang tergantung di kayu salib. Bilur-bilur luka di wajah, tangan, kaki, dan lambung-Nya seolah berbicara dengan luka saya sendiri. Bukan sekadar luka fisik, tapi luka batin; kekecewaan, kehilangan semangat, kehilangan arah, dan kesendirian yang panjang.
"Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."