Mohon tunggu...
Yayuk Sulistiyowati M.V.
Yayuk Sulistiyowati M.V. Mohon Tunggu... Guru - Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Tanpa Laptop

3 November 2022   15:00 Diperbarui: 3 November 2022   15:46 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terus menulis di Era Digital | dokumen pribadi

Bagi saya fasilitas pendukung berupa HP sudah cukup, dan ketika mendapat pinjaman laptop kantor itu sudah suatu berkah. Yang jelas itu tak sebanding dengan mimpi-mimpi yang terajut dan menari-nari di kepala. Tak ada rotan, akar pun jadi. Bagi saya itu bukan menjadi peghalang. ‘Sikat bleh!’

Beberapa orang berpendapat, menjadi penulis itu konyol. Teman saya bahkan mengatakan bahwa penulis sulit menjadi kaya. Menulis dengan susah payah, kerja otak dan waktu eh endingnya dapat royalti sangat sedikit. Bahkan mengirim ke media pun tidak pernah mendapat reward. Tidak bisa menjadi sebuah profesi yang menjanjikan.

Ah, saya bahkan berangan-angan nakal menjadi seorang Okky Madasari (penulis idola saya). Cantik, enerjik, ramah dan tulisannya sangat bagus. Bukunya pun laris di pasaran. Selain menulis juga menjadi pengajar kelas menulis online yang banyak peminat. Jelas untuk menjadi Okky Madasari pasti juga mengalami proses yang tidak mudah.

Terbersit pula menulis di platform aplikasi digital seperti wattpad, fizzo dan masih banyak lagi yang menjanjikan royalti. Nah, ini yang mungkin pas seperti saya; penulis tanpa komputer apalagi laptop. Sepanjang waktu jemari dan otak bermain di papan ketik HP. Menuangkan imajinasi dalam tulisan dan dalam hitungan menit sudah bisa dikirim dan diupload.

Untuk meraih mimpi jelas perlu perjuangan dan proses. Dengan mengirim tulisan tidak serta merta kita mendapatkan salary. Dukungan pembaca, penyuka dan pengomentar sungguh berperan besar. Namun bagi saya… yah, tetaplah menulis saja.

PENULIS MENOREHKAN SEJARAH

“Apabila manusia meninggal dunia maka terputus darinya amalannya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya”. (HR. Muslim)

Seperti halnya penulis meninggal dunia ia meninggalkan tulisan-tulisannya, baik di media cetak, digital ataupun berupa buku sebagai jejak riwayat yang akan dikenang sepanjang masa. Karya yang dibuatnya merupakan sebuah amalan yang masih dinikmati dan tentunya bermanfaat bagi generasi berikutnya.

Tidak dapat dipungkiri di era digital sekarang ini, ketika melakukan aktivitas di dunia digital baik secara sadar maupun tidak, kita telah meninggalkan jejak digital (digital footprint) selama berselancar di internet. Demikian pula unggahan konten atau tulisan pada internet merupakan jejak digital yang tanpa sadar akan tersimpan secara abadi di internet. Dari sinilah akan diketahui seluruh rekam jejak konten atau tulisan yang kita buat sepanjang hidup. Seorang penulis menorehkan sejarah yang akan digali oleh generasi selanjutnya.

TETAP MENULIS

Berangkat dari uraian di atas dapat diartikan bahwa walaupun seorang penulis tidak mempunyai laptop, tidak ada alasan untuk tidak dapat menghasilkan karya. Dengan media apa saja tulisan dapat tetap dihasilkan dan dapat dituangkan. Mimpi seseorang menjadi penulis dan menghasilkan karya tetap akan mendapat kesempatan yang terbuka lebar bagi semua orang ketika ia sendiri mempunyai niat yang kuat, berdaya juang tinggi dan mempunyai jiwa yang tangguh. Tangguh artinya tahan uji, termasuk ketika ia dikejar deadline menulis dan tidak ada fasilitas yang mendukungnya. Bagi yang mempunyai nasib seperti saya, tetap semangat ya… Tetap menulis dan menoreh sejarah! Salam. (Yy)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun