Mohon tunggu...
Yuzelma
Yuzelma Mohon Tunggu... Guru - Giat Literasi

Ilmu adalah buruan, agar buruan tidak lepas, maka ikatlah dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hanya Mie Instan yang Siap Saji dalam 5 Menit

5 Juli 2020   20:08 Diperbarui: 5 Juli 2020   20:12 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar:googleusercontent.com

Pendidikan adalah sebuah peradaban. Maju tidaknya peradaban bangsa salah satunya dilihat bagaimana negara mengelola pendidikan. Apabila sistem pendidikan di negeri ini dibangun dengan kokoh dan tidak keluar dari yang sudah diamanatkan dalam UUD 1945, disitulah peradaban akan terbentuk.

Kita tidak bisa menampik dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat . Otomatis pengelolaan pendidikan harus adaptif dengan perkembangan tersebut.

Proses adaptasi harus bertahap. Ibarat tumbuhan yang baru ditanam, agar memiliki akar yang kuta, harus melewati tahapan adaptasi bertingkat. Hingga pada akhirnya akan terbentuk akar yang kuat, yang akan menopang batang, ranting, daun dan buah. 

Adaptif dalam dunia pendidikan bukan berarti dengan mudah mengobok-obok sistem yang sudah mengakar dengan kuat. Adaptif butuh waktu, adaptif butuh proses. Adaptif bukan merubah secara signifikan. Indikator keberhasilan sudah adaptif atau belum tidak bisa diukur secara instan.

Tujuan pendidikan secara umum adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku mencakup segala aspek. Bukan pengetahuan saja, namun skil, dan karakter menjadi tuntutan penting.

Seseorang bisa dikatakan kompeten tidak bisa diukur selama 3 tahun di SMK saja. Kompetensi akan berkembang secara terus menerus apabila personal tersebut terus berlatih, bekerja, dan belajar.

Jam terbang menentukan seseorang bisa ahli dibidangnya. Jadi kalau berharap dengan menempuh pendidikan saja seseorang sudah ahli dibidangnya , rasanya berlebihan.

Tiga tahun menempuh pendidikan di SMK, siswa sudah dibekali dengan skill dasar sebagai modal mereka untuk menjadi ahli dibidangnya.

Setelah mereka bekerja, mengalami banyak hal saat bekerja, mengikuti berbagai pelatihan, sertifikasi,menyelesaikan banyak kasus, meningkatkan kualifikasi pendidikannya, berdiskusi dengan banyak orang,disitulah nanti kata "ahli" dapat disandang.

Jadi untuk membentuk sistem peradaban pendidikan tersebut, bukan berarti setiap ganti pemimpin ganti kebijakan. Ganti istilah, ganti program, pokoknya semua mau diganti. Sehingga setiap pergantian pengelola pendidikan, akan bermunculannya istilah-istilah baru.

Siapa yang jadi korban akibat perubahan kebijakan? Tentu saja yang Orang-orang teknis yang bekerja di lapangan. Baru diperkenalkan kebijakan baru, baru akan melaksanakan, tiba-tiba muncul lagi kebijakan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun