Sore ini saya mendapati salah seorang ananda di rumah melaksanakan shalat magrib, tanpa mandi terlebih dahulu. Berbeda dengan pembiasaan yang sudah dilakukan di rumah ,
paling lama jam 17.45 semua sudah mandi dan siap-siap untuk ibadah magrib. Â
"Kenapa shalat magrib tanpa mandi terlebih dahulu"saya ingin tahu apa penyebabnya. Â ananda menjawab, "takut terlambat shalat magribnya". Â Alasan yang bisa diterima mengingat waktu magrib singkat.
Setelah shalat Magrib dia memperlihatkan buku muhasabah dari sekolah. sambil membolak balik buku, yang selama ini saya tanda tangani setiap hari Pada kolom paling bawah ada catatan dari walikelas  yang berpesan agar anada  shalat jangan telat  lagi.
Akhirnya saya baru paham, kenapa ananda  bersegera shalat  karena di dalam buku muhasabah akan di tulis jam berapa dia menunaikan shalat lima waktu setiap harinya.
Kalau saja ananda  tidak dibekali dengan penumbuhan karakter jujur dan disiplin dari rumah, dan lingkungan yang diciptakan  di sekolah .  Saya rasa banyak cara bagi anak-anak seumur dia untuk mencari kondisi aman dan menyelamatkan diri dari teguran seorang walikelas agar jangan ketahuan kalau shalat sering terlambat.
Seorang anak bisa saja berbohong dan menuliskan jam dia shalat. Contohnya shalat shubuh, dia tulis tepat jam 05.00.Wib, padahal dia mengerjakan jam 05.45 misalnya. Toh gurunya takkan tahu jam berapa dia shalat. Â Sehingga dia akan selamat dari teguran demi teguran.
Dia tidak melakukan, karena didalam dirinya sudah ditanamkan suatu nilia-nilai kejujuran. Walau orang tuamu tidak akan melihat langsung, namun Tuhanmu tidak akan pernah tidur, dan Allah mengetahui semua apa yang kamu lakukan. saat kamu tulis kebohongan di buku itu, maka sekaligus  dua dosa yang akan kamu raih. Dosa karena berbohong, dan terlambat  melaksanakan shalat.
Saya bersyukur  lingkungan dimana dia sekolah  sudah menanamkan nilai-nilai karakter ini melalui penyadaran dan pembiasaan Sehingga walau ada peluang dia akan melakukan kebohongan, namun dia tidak melakukan, dan menjadikan teguran sebagai bahan refleksi dan evaluasi. Sehingga dia tergerak untuk merubah dirinya sendiri.
Pembiasaan demi pembiasaan, Lama-lama dia akan terbiasa dan pada akhirnya menjadi  budaya.
Penumbuhan karakter pada anak tidak bisa diserahkan kepada sekolah saja. Sehebat apapun sekolah mempunyai program-program terkait ini.  Kalaulah anak di rumah tidak dididik dengan  baik oleh orang tua, maka  hasil yang akan diharapkan tidak akan tercapai.