Mohon tunggu...
Yuzaq Ardian
Yuzaq Ardian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Islamic Hospitality, Ruh dari Pariwisata Halal

29 Agustus 2017   21:37 Diperbarui: 29 Agustus 2017   21:48 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Islamic Hospitality , ruh dari pariwisata halal

     Pada tahun 2014, Organisasi Pariwisata Dunia Persyarikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) melaporkan bahwa diantara subwilayah yang menunjukan permintaan tertinggi untuk pariwisata internasional pada tahun 2013 adalah Asia Tenggara (+10 persen), Eropa Tengah dan Timur (+7 persen), Eropa Selatan dan Mediterania (+6 persen) dan Afrika Utara (+6 persen). Perlu digaris bawahi, bahwasannya Asia tenggara yang menjadi wilayah terbesar dalam perjalanan wisatawan muslim dunia adalah anggota OKI (Organisasi Kerjasama Muslim)

     Menurut Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2015, pada tahun 2014 pasar wisatawan muslim bernilai $ 145 juta, dengan 108 juta wisatawan yang mewakili 10% seluruh perjalanan wisata ekonomi dunia. Dengan adanya fenomena pergerakan wisatawan muslim ke berbagai belahan dunia, perlu adanya sebuah konsep baru dalam ilmu pariwisata untuk memnberi kenyamanan lebih untuk wisatawan muslim.

Islamic hospitality atau dalam artian bahasa nya adalah keramah tamahan secara islami, menjadi hal baru yang harus didalami oleh pelaku yang bergerak dalam industry pariwisata halal. Islamic hospitality adalah trend baru dalam dunia pariwisata dunia, muncul dikarenakan kebutuhan untuk melayani hal-hal yang spesifik mengenai persyaratan kebutuhan beragama umat muslim yang tengah tumbuh pesat dalam dunia pariwisata.

            Pariwisata halal merupakan ceruk dari pariwisata pada umunya, pariwisata halal merupakan kajian fenomena tentang fasilitas penunjang kaum muslimin untuk bepergian dan akan menjadi hal baru dalam promosi pariwisata dunia.

Fasilitas fasilitas yang menunjang kepribadian muslim memang berbeda dengan manusia non muslim pada umumnya, adapun beberapa konsepsi yang telah hangat dibahas meliputi fasilitas penunjang ibadah dan non ibadah bagi umat muslim yang sedang berwisata yang dibatasi oleh maqosid syariah, penerapan Halal dan Haram dalam berperilaku.

Dapat di pelajari dan dapat disimpulkan seorang muslim akan selalu lekat dalam tanggung jawab dalam dirinya meski sedang bepergian yang tidak mungkin ditinggalkan dalam mengabdi dalam hal ibadah kepada Alloh swt. Dalam hal ibadah, sholat lima waktu merupakan hal yang tidak akan ditinggalkan dan makanan yang halal menjadi mutlak hukumnya. Pada dua hal yang mutlak ini, para pelaku undustri halal harus bisa menyediakan fasilitas fasilitas penunjang.

Fasilitas Inti Pariwisata Halal

Fasilitas Ibadah

Sholat lima waktu merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah yang telah baligh, tersedianya tempat yang nyaman adalah suatu keharusan yang ada di dalam sektor pariwisata halal. Penunjang ibadah di area wisata adalah mutlak untuk membangun keramah tamahan dalam menyambut ataupun memfasilitasi para wisatawan muslim, tempat yang strategis mudah untuk ditemukan, area yang mencukupi untuk menjalankan sholat serta terpisahnya tempat wudhu antara perempuan dan laki-laki menjadi citra dan nilai lebih di dalam tempat wisata.

Tidak menuntup kemungkinan tersedianya fasilitas sahur atau rumah makan yang buka 24 jam untuk mencukupi kebutuhan sahur bagi wisatawan yang sedang berpuasa, baik pada saat bulan ramadhan ataupun di lain waktu tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun