Mohon tunggu...
Khoirul Mustakim
Khoirul Mustakim Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah

Menyukai kegiatan travelling dengan biaya murah, tertarik dengan segala sesuatu terkait sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Perokok: Sebuah Kajian tentang Emansipasi pada Masyarakat Jawa Abad 20

3 Desember 2022   10:38 Diperbarui: 3 Desember 2022   10:42 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret wanita Jawa yang sedang merokok duduk di tangga sebuah rumah. Ca. 1919-1930.  ðŸ“·: Wereldmuseum - Wijdnand Elbert Kerkhoff. Instagram:/potolawas

Makna emansipasi yang lebih tepat adalah perjuangan kaum perempuan demi memperoleh hak untuk memilih dan menentukan nasib sendiri. Makna emansipasi juga diproyeksikan pada upaya melepaskan diri dari kungkungan mitos, ideologi dan tradisi yang tidak masuk akal dan hal-hal tabu kepada tradisi yang masuk akal manusia dalam menata kehidupannya terutama pada masyarakat yang mempunyai budaya patriarkhi yang kuat, seperti masyarakat Jawa.

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang kental akan budaya patriarkhi yang selalu memposisikan perempuan dalam urutan nomor dua pada semua urusan. Peran dan kedudukkan perempuan dalam sistem budaya Jawa telah menjadi pola pemikiran umum di mana tidak hanya berlaku bagi perempuan Jawa, tetapi telah menjadi pemikiran mayoritas yang membentuk pandangan stereotip untuk perempuan. Ajaran-ajaran dalam sistem budaya Jawa merupakan nilai-nilai budaya yang kurang mendukung posisi kesetaraan perempuan dalam berbagai sektor kehidupan. Nilai-nilai tersebut cenderung memanjakan dan menikmatkan laki-laki dan menempatkan perempuan pada posisi nomor dua di bawah kekuasaan laki-laki. Dengan adanya nilai-nilai tersebut membuat perempuan merasa sulit berkembang sebagai pribadi dan juga menemukan jati dirinya. Hal ini akhirnya membuat perempuan merasa tidak berani dan tidak mampu untuk mengembangkan potensi yang selama ini dimiliki.

Ajaran-ajaran dalam sistem budaya Jawa yang menempatkan perempuan pada posisi nomor dua mengakibatkan banyaknya pandangan stereotip terhadap beberapa perilaku perempuan yang dapat dilakukan dengan bebas oleh kaum lelaki, salah satu dari perilaku perempuan yang banyak mendapat pandangan stereotip adalah merokok.

Hidup di Jawa sebagai perempuan dan perokok adalah sebuah masalah. Pertama karena mereka adalah perempuan, kedua karena perempuan ini juga perokok. Pada masa sekarang,  perempuan yang merokok adalah hal yang tabu, perempuan yang merokok adalah pelacur, perempuan yang merokok adalah perempuan yang tidak baik, maka dari itu ketika kaum perempuan merokok di depan umum, semua orang memandang perempuan ini dengan sebelah mata. 

Ketika seorang laki-laki merokok di Jawa, hal ini dipandang lumrah dan dipandang sebagai bagian dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat Jawa. Perempuan yang merokok tidak memiliki tempatnya dalam tatanan sosial masyarakat Jawa. Perempuan yang merokok dianggap aneh, dan dianggap nyeleneh. Padahal sebagian besar dari produksi kretek di Indonesia, semua dilinting satu per satu oleh tangan buruh rokok kretek yang cekatan dan hampir semuanya adalah perempuan. 

Pada masa awal ditemukannya kretek, sekitar abad ke-19. Perempuan di Jawa bebas merokok, perempuan ini merokok karena merokok adalah sebuah pilihan (Reza, 2012:131). Perempuan ini merokok karena itu adalah bagian dari budaya mereka. Kaum perempuan ini tidak terbebani dengan pencitraan mengenai rokok dan perempuan. Perempuan ini tidak dicekoki dengan nilai-nilai yang sempit akan kebaikan dan keburukan di balik kebiasaan merokok. Kebebasan merokok pada masa itu tergambarkan dari cerita rakyat Rara Mendut, kisah ini memberi gambaran kepada kita tentang perempuan berjasa yang berani mempertahankan harga diri, membela kehormatan, dan kewibawaan perempuan dari praktik diskriminasi, dan hegemoni budaya patriarkhal yang melekat pada masyarakat Jawa (Wibisono, 2014:22).

Potret wanita Jawa yang sedang merokok duduk di tangga sebuah rumah. Ca. 1919-1930.  📷: Wereldmuseum - Wijdnand Elbert Kerkhoff. Instagram:/potolawas
Potret wanita Jawa yang sedang merokok duduk di tangga sebuah rumah. Ca. 1919-1930.  📷: Wereldmuseum - Wijdnand Elbert Kerkhoff. Instagram:/potolawas

Kisah Roro Mendut setidaknya telah memberikan gambaran bahwa perempuan yang merokok bukanlah perempuan nakal, ataupun perempuan yang buruk. Rara Mendut merokok karena merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap kekejaman kaum lelaki pada masa itu, Rara Mendut terpaksa merokok dan menjual rokok bekas hisapannya untuk menjaga harga dirinya dari kekejaman Tumenggung Wiraguna.

Perjuangan emansipasi perempuan terhadap pencitraan dan pandangan terhadap para perempuan perokok semestinya masih perlu diperjuangkan pada abad ke-20, perempuan sepatutnya juga memiliki hak yang sama dengan hak yang dimiliki oleh para laki-laki dalam perilaku merokok, sebagian besar para laki-laki perokok mengetahui resiko yang ditimbulkan oleh rokok, pun dengan para perempuan perokok, perempuan ini juga mengetahui dampak dan resiko yang terkandung dalam sebuah rokok namun banyak dari perempuan ini menyatakan bahwa mereka memiliki kebutuhan yang sama dengan para laki-laki, merokok menenangkan mereka dan menjadi bagian dari pilihan hidup mereka. Kebanyakan dari perempuan ini masa bodoh dengan pencitraan negatif dan mereka hanya menganggap anggapan-anggapan buruk itu sebagai sesuatu yang tidak penting.

Banyak dari masyarakat Jawa yang langsung memandang buruk perempuan yang merokok. Mereka tidak pernah mempertanyakan semua hal yang terjadi di balik perempuan yang memilih merokok. Mereka hanya berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang tidak pantas dan tidak lebih dari itu. Padahal banyak hal dapat digali dari seorang perempuan yang memilih untuk merokok. Tekanan kultural terus memandang negatif perempuan yang merokok, merokok di depan umum bagi seorang perempuan membutuhkan tingkat keberanian yang lebih. 

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun