Mohon tunggu...
Yusya Rahmansyah
Yusya Rahmansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Seorang mahasiswa yang besar di dua pulau di Indonesia sumatera dan jawa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

New Normal: Pasrah atau Bagaimana?

21 Mei 2020   01:12 Diperbarui: 21 Mei 2020   01:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
New Normal (padangkita.com)

Sudah berapa lama kalian melakukan karantina mandiri di rumah? Sudah berapa banyak informasi pandemi yang menjejali telinga kalian dan merasuki pikiran kalian? Apakah kalian sudah siap menerima keadaan selanjutnya?

Mungkin itu pertanyaan yang akan banyak dilontarkan dalam pikiran selama pandemi ini terjadi. Rasa bosan dan frustrasi dengan keadaan menambah sebuah semangat baru untuk keluar dari situasi yang rumit ini. Ya, semua merasakan situasi yang sama bukan hanya anda, saya, kamu dan aku tapi semua manusia seharusnya merasakan situasi yang sama, efek dari hadirnya pandemi ditengah kehidupan manusia.

Setelah dua bulan lebih pemerintah berjibaku menahan serangan virus pandemi, seluruh tim medis dan relawan turun untuk menghentikan penyebaran virus Corona, dikeluarkan kebijakan Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) guna menahan langkah laju penyebaran virus, tapi masih saja ada yang seakan kebal dengan virus ini. Hingga pengumuman pelonggaran yang kontroversial, serta munculnya New Normal. Suatu keadaan dimana kita harus "berdamai" dengan virus, ya virus corona. Melakukan aktivitas dengan situasi New Normal.

Keadaan New Normal sepertinya merupakan solusi paling mutakhir sebagai jalan keluar dari situasi yang rumit ini. Keadaan ekonomi yang terus menerus menurun dan tidak stabil, memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan pemulihan ekonomi, seperti yang direncanakan Menko Perekonomian. New Normal akan menjadi sebuah protokol atau aturan main baru dalam pelaksanaan upaya perbaikan keadaan. Pastinya dengan kehidupan yang  masih berdampingan dengan virus corona.

Seperti yang disampaikan pemerintah. Keadaan New Normal akan memaksa kita melakukan kehidupan seperti biasa namun dengan protokol kesehatan yang ketat. Seperti situasi saat ini, menggunakan masker, mencuci tangan setiap jam, menjaga jarak aman, serta tidak berdekatan, dan tidak berkerumun. Pemerintah berharap dengan New Normal dan protokol yang ketat, keadaan ekonomi dapat pulih dan masyarakat dapat hidup dengan aman damai dan sejahtera.

Tapi, sebelum membayangkan New Normal apakah masyarakat sudah sepenuhnya sadar akan peraturan? Apakah aturan dapat ditegakkan dengan protokol yang pastinya banyak dan rumit? Sebelum membayangkan keadaan New Normal ada baiknya pemerintah mengingat kembali apa yang terjadi ketika kebijakan PSBB, Larangan mudik atau pulang kampung atau apalah itu yang sudah diberlakukan. 

Apakah masyarakat sudah sadar? Bagaimana kabar penumpang pesawat di bandara? Bagaimana kabar antusiasnya penutupan mekdi? Atau bagaimana keadaan masyarakat yang masih senang dan seakan kebal dengan virus ini?

Apakah pemerintah tidak sadar isu relaksasi PSBB kemarin merupakan, sebuah blunder lain yang dilakukan oleh pemerintah saat ini. Juga gagalnya komunikasi antar menteri yang menambah rumit keadaan. Ada apa dengan pemerintah? Tidak hanya itu, penegak aturan atau aparat terlihat belum mampu menegakkan aturan PSBB ini. 

Dilihat dari apa yang dilakukan narasi.tv dalam kontennya Buka Mata dengan melacak pergerakan ponsel, setelah PSBB dan terlihat bahwa banyak perpindahan manusia dari Jakarta yang notabenenya merupakan Zona Merah, bagaimana bisa terjadi? Apakah aparat sudah diedukasi? Atau mereka hanya suka gaji? 

Banyak kejadian-kejadian di mana PSBB masih saja dapat dilewati dan diabaikan seakan-akan virus ini hanya masalah segelintir orang. Dan masih banyak orang yang sadar akan keadaan ini, semua harus berharap demikian.

Dari polemik keadaan PSBB masyarakat semakin sadar dengan keadaan, tagar #IndonesiaTerserah, mewarnai jagat maya, sikap pasrah dan terserah yang mewakili masyarakat yang sadar akan keadaan dan kesal dengan situasi yang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun