Baru saja Aku meletakkan tas rangsel Ku di lantai, si kecil kembali lagi berkata-kata.
"Ayah, harusnya Ayah ganti baju tiap hari. Biar bajunya tidak bau dan menjijikkan. Sekarang Ayah mandi dan biar diambilkan Bunda baju ganti. Ayo, Yah, mandi dulu!" ucapnya memerintah Ku.
Belum sempat Aku menjawab petuahnya, si kecil langsung memerintah Bundanya.
"Bunda, masakin air hangat dong, buat Ayah. Habis itu ambilkan handuk dan baju untuk Ayah. Ntar Ayah biar tak kasih parfum Ku!" celotehnya pada istri Ku yang sedari tadi cuman tertegun melihat dan menyaksikan tingkah pola si kecil.
Kenapa si kecil sangat terampil berbahasa Indonesia? Karena dirinya sudah dibiasakan berbahasa ibu dengan bahasa Indonesia sejak masih bayi. Setiap ucapan dan setiap timang-timang, Bunda nya selalu mengajaknya berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Sementara bahasa Jawa hanya menjadi bagian selingan dalam berucap saat berbicara dengan teman sepermainan maupun teman di sekolahnya.
Tak terasa, jam dinding menujukkan pukul 10 malam. Si kecil pun belum terusik untuk berangkat tidur. Sedari sore tadi, usai beli makanan dan minuman di mini market, dirinya langsung diajak belajar berhitung dan membaca sama Bundanya. Setelah itu, barulah dia Aku ajak ngobrol bersama Bunda nya di ruang keluarga.
"Maaf, sayang. Habis ini, Ayah harus berangkat kerja lagi. Besuk saja Ayah temani Adik tidur, ya," jawab Ku memohon.
"Gimana sih, Ayah ini. Sofi saja yang ayahnya juga kerja, kalau malam pasti tidur rumah," celetuk si kecil mengejar.
"Sayang, kalau Ayah tidak balik kerja lagi, terus untuk beli mainan dan alat-alat belajar kamu, dapat uang dari mana, hayo?" timpal Ku sembari mengajaknya duduk di pangkuan Ku.
"Tapi, ayahnya Sofi itu tiap malam tidur di rumahnya. Jadi Sofi ada yang ngatar ke sekolah," kilahnya membandingkan Aku dengan ayah dari teman sekolahnya yang juga tetangga rumah.