Mohon tunggu...
Yuswanto Raider
Yuswanto Raider Mohon Tunggu... Guru - Saya seorang guru dan penulis lepas yang lahir di Surabaya pada 14 Februari 1974. Sejak tahun 2005 saya tinggal di Desa Kembangsri Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Hobi saya merawat tanaman, traveling, outdoor learning, dan advokasi kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Celoteh Matahari Kecil Ku

21 Juli 2021   03:06 Diperbarui: 21 Juli 2021   05:30 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru saja Aku meletakkan tas rangsel Ku di lantai, si kecil kembali lagi berkata-kata.

"Ayah, harusnya Ayah ganti baju tiap hari. Biar bajunya tidak bau dan menjijikkan. Sekarang Ayah mandi dan biar diambilkan Bunda baju ganti. Ayo, Yah, mandi dulu!" ucapnya memerintah Ku.

Belum sempat Aku menjawab petuahnya, si kecil langsung memerintah Bundanya.

"Bunda, masakin air hangat dong, buat Ayah. Habis itu ambilkan handuk dan baju untuk Ayah. Ntar Ayah biar tak kasih parfum Ku!" celotehnya pada istri Ku yang sedari tadi cuman tertegun melihat dan menyaksikan tingkah pola si kecil.

Kenapa si kecil sangat terampil berbahasa Indonesia? Karena dirinya sudah dibiasakan berbahasa ibu dengan bahasa Indonesia sejak masih bayi. Setiap ucapan dan setiap timang-timang, Bunda nya selalu mengajaknya berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Sementara bahasa Jawa hanya menjadi bagian selingan dalam berucap saat berbicara dengan teman sepermainan maupun teman di sekolahnya.

Tak terasa, jam dinding menujukkan pukul 10 malam. Si kecil pun belum terusik untuk berangkat tidur. Sedari sore tadi, usai beli makanan dan minuman di mini market, dirinya langsung diajak belajar berhitung dan membaca sama Bundanya. Setelah itu, barulah dia Aku ajak ngobrol bersama Bunda nya di ruang keluarga.

img20210513191340-copy-60f72c5715251077761bba22.jpg
img20210513191340-copy-60f72c5715251077761bba22.jpg
"Ayah, ini kan sudah malam. Ayah tidur sini saja, ya!" pinta si kecil.

"Maaf, sayang. Habis ini, Ayah harus berangkat kerja lagi. Besuk saja Ayah temani Adik tidur, ya," jawab Ku memohon.

"Gimana sih, Ayah ini. Sofi saja yang ayahnya juga kerja, kalau malam pasti tidur rumah," celetuk si kecil mengejar.

"Sayang, kalau Ayah tidak balik kerja lagi, terus untuk beli mainan dan alat-alat belajar kamu, dapat uang dari mana, hayo?" timpal Ku sembari mengajaknya duduk di pangkuan Ku.

"Tapi, ayahnya Sofi itu tiap malam tidur di rumahnya. Jadi Sofi ada yang ngatar ke sekolah," kilahnya membandingkan Aku dengan ayah dari teman sekolahnya yang juga tetangga rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun