Mohon tunggu...
M. Khusen Yusuf
M. Khusen Yusuf Mohon Tunggu... wiraswasta -

manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

KTM (seperti) Kota Tanpa Masterplan

23 November 2012   07:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:47 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau soal memberi bungkus, nama, label, judul, atau sejenisnya, Indonesia memang jagonya. Kita kerap mendengar ada program dengan nama yang bagus, tetapi isinya nol. Ada pula konsep, masterplan, dari luar terkesan bagus, tetapi realisasinya banyak masalah. Kota Terpadu Mandiri (KTM) sejatinya adalah sebuah konsep pembangunan kota baru di kawasan transmigrasi yang dirancang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Kalau merujuk dari namanya, muncul kesan program ini sangat bagus dan prestisius: membentuk sebuah “kota” baru, yang “terpadu”, dan relatif “mandiri” dari kota lain (yang sudah ada). Bayangan kita ketika program ini terlaksana, akan lahir sebuah kota baru dengan sarana prasarana lengkap (terpadu)—ada kantor, pasar, ruang publik, terminal, kawasan perumahan, dll—yang kira-kira mirip dengan Bumi Serpong Damai (BSD). Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Entah karena kurangnya anggaran, tidak seriusnya pelaksana program, atau adanya indikasi korupsi, di beberapa daerah, pembangunan KTM terlihat kurang maksimal, bahkan ada kesan dibangun seadanya. Paling tidak kesan itu saya lihat ketika mengunjungi KTM Tobadak di Mamuju, Sulawesi Barat. Jangankan mengimpikan lahirnya sebuah kota satelit seperti BSD, kota kecil dengan aktivitas ekonomi kecil pun belum tentu hadir di pusat KTM. Terdorong oleh pernyataan Gubernur Sulawesi Barat yang menyebutkan bahwa KTM Tobadak Bisa Terindah di Indonesia akhir tahun lalu saya mencoba mengintip hasil pembangunan KTM tersebut. Hasilnya? Boleh dibilang jauh dari sempurna, apalagi indah. Kondisi di pusat KTM yang dibangun sejak tahun 2006 itu sangat sepi dan hampir tidak ada aktivitas manusia. Kantor Badan Pengelola KTM juga terlihat tidak pernah ditempati. Yang lebih parah adalah kondisi Masjid di pusat KTM yang infonya dibangun pada tahun 2008 ternyata hampir tidak pernah dipakai. Lantai kotor dan pada beberapa titik bangunan mulai hancur sehingga sangat tidak mungkin dimanfaatkan untuk sholat berjamaah dan kegiatan keagamaan lainnya.

13536561851566870245
13536561851566870245

1353656214163260500
1353656214163260500
Fasilitas keagamaan lainnya seperti gereja juga setali tiga uang. Namun karena saat saya mengunjungi lokasi KTM, gereja masih dalam proses pengerjaan, saya belum melihat ada kerusakan di sana sini. Setelah melihat masjid, saya coba melongok pasar dan bangunan terminal. Bangunan pasar memang terlihat lebih bagus, tetapi sejak dibangun, belum juga ada pedagang yang menempati. Demikian pula bangunan terminalnya, habis dibangun, tidak pernah operasional. Banyak rerumputan hijau yang merambat bebas di kawasan terminal mengindikasikan bahwa hampir tidak ada angkutan umum yang mampir ke terminal ini.

1353656241434162132
1353656241434162132
Melihat kondisi KTM Tobadak yang sangat mengenaskan tersebut, saya ingin membandingkannya dengan KTM di daerah lain. Dan kesempatan itu datang akhir Oktober kemarin ketika saya mengunjungi Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat yang memiliki KTM Lunang Silaut.

1353656313866084690
1353656313866084690
Saya sengaja mengatur jadwal untuk datang ke kawasan KTM Lunang Silaut dengan harapan bisa melihat sejauh mana realisasi program pembangunan KTM. Lokasi pertama yang saya kunjungi adalah pusat KTM yang berada di Kecamatan Silaut. Setali tiga uang dengan KTM Tobadak, pembangunan pusat KTM Lunang Silaut juga belum tuntas. Masih terlihat tiang pancang pembangunan pasar yang entah kapan tuntasnya. Ada pula pasar grosir yang kembali direnovasi, juga belum selesai. Yang agak melegakan adalah pembangunan infrastruktur jalan di kawasan KTM Lunang Silaut yang menurut pengamatan saya relatif cukup baik. Jalan akses dari permukiman warga maupun kawasan perkebunan kelapa sawit ke pusat KTM dan ke kawasan Silaut Luar sudah terlihat bagus.

1353656335451560589
1353656335451560589
Keberadaan infrastruktur yang memadai menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi masyarakat di kawasan KTM. Adanya geliat ekonomi warga itu bisa terlihat dari munculnya banyak pertokoan di sekitar pusat KTM. Meski pusat KTM belum sepenuhnya tuntas, mereka melihat ada peningkatan perputaran ekonomi sejak kawasan tersebut dibangun.

13536563681039333175
13536563681039333175
Di pusat KTM saya juga melihat ada Teras BRI yang baru dibuka sekitar 6 bulan lalu. Adanya Teras BRI adalah indikasi sederhana bahwa ada aktivitas ekonomi di daerah ini. Saya sempat berbincang dengan Dedi Wahyudi, kepala Teras BRI Silaut untuk meminta pendapatnya mengenai pembangunan KTM. Jawabannya sederhana,”Kami buka Teras BRI karena melihat ada prospek bisnis di kawasan ini. Analisis sederhana kami, pertumbuhan ekonomi di daerah ini lebih besar dibanding ibukota kabupaten,” kata dia. Adanya pertumbuhan ekonomi di KTM Lunang Silaut itu tidak lepas dari merebaknya pembukaan lahan sawit di sana yang dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang cukup memadai. Menurut Dedi, pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan kawasan perkebunan ke pusat KTM dan sentra penjualan hasil perkebunan menjadi pendorong utama tumbuhnya ekonomi masyarakat. Ya..kuncinya adalah infrastruktur. Selama pembangunan infrastruktur menjadi prioritas dalam mengembangkan kota baru seperti KTM, dampaknya akan lebih terasa daripada membangun sarana perkantoran di pusat KTM. Yang tak kalah penting adalah penempatan lokasi pusat KTM sebaiknya memilih tempat yang sebelumnya memang sudah dikenal sebagai pusat aktivitas ekonomi warga. Pemerintah tinggal melakukan revitalisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang sudah eksisting di sana, DAN TENTU SAJA TANPA KORUPSI (*)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun