Sebelum menjadi sepak bola, awalnya manusia menendang-nendang batu. Itu terjadi 3000 tahun yang lalu. Gara-garanya adalah sebuah permainan anak-anak bangsa Aztecs, yang tanahnya kini menjadi negara Mexico.
Suku dan bangsa lain yang berjumpa dan berhubungan dengan orang Aztecs melihatnya. "Seru juga tuh, permainan," mungkin gumamnya dalam hati. Mereka pun mengikuti permainan yang entah apa namanya saat itu.
Pindah tempat, pindah waktu dan beda suku-bangsa yang memainkannya, bukan lagi batu yang ditendang. Mungkin karena batu mulai dirasa keras, terlalu berat dan nyakitin kaki. Maka jadilah tengkorak yang disepak kesana kemari. Bisa tengkorak binatang, bisa juga tengkorak manusia. Yang penting bentuknya agak bulat dan bisa menggelinding.
Masih dianggap nyakitin kaki, muncul ide yang ditendang adalah kantung kemih binatang. Katanya, yang jadi favorit adalah kantong kemih babi dan sapi. Bisa jadi, kantong kemih itu di isi jeroannya sekalian. Agar ada berat-beratnya. Tapi ada juga yang bilang sudah pakai udara.
Cerita di atas terjadi tahun-tahun sebelum Masehi. Masih purba. Jadi jangan gusar kalau yang ditendang-tendang ada kalanya tengkorak manusia dan kantong kemih jeroan hewan.
Singkat waktu, pada tahun 1836, Charles Goodyear, tukang ban asal Amerika Serikat, menemukan dan mematenkan getah karet vulkanisasi. Dari situ, selain bisnis bikin ban kendaraan, dia punya ide mendesain dan membuat bola berbahan karet vulkanisasi. Itu terjadi tahun 1855.
Berkat dialah bola permainan anak manusia yang disepak kesana-kemari dan kemudian menjadi permainan bernama sepak bola berubah dan mulai dibikin serius oleh penggemarnya. Disepakati ukuran dan bentuknya, serta regulasi permainannya. Hingga akhirnya di digelar kejuaraan dunianya untuk pertama kali pada tahun 1930.
Karena wujud bola dan bahan bakunya terus mengalami perkembangan sejak pakai karet vulkanisasi hingga  1930 saat Piala Dunia pertama kali di gelar, terjadi kisah unik saat partai final antara Argentina melawan tuan rumah Uruguay. Dimana bola terbaik belum bisa disepakati.
Hari itu masing-masing tim membawa bola produk negara mereka. Antara Argentina dan Uruguay ingin bola merekalah yang dipakai sepanjang babak pertandingan final. Bola panitia yang dipakai sebelumnya dianggap kurang OK buat kaki mereka. Karena dirasa menyulitkan dribling, keeping, contolling, shooting dan passing yang bisa membantu permainan untuk menang dan juara.Â
Bola panitia sebelumnya dipakai mungkin karena keterpaksaan saja, karena stok bolanya terbatas dan demi menghormati panitia yang sudah kontrak dengan penyedia bola event.Â