Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berduka Ayah?

21 September 2021   11:23 Diperbarui: 21 September 2021   11:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dulu di masa kecilku
Ku bertanya
Ayah kenapa benderanya tak setinggi biasanya
Kenapa separuh saja
Lalu ayah berjongkok di sampingku
Menepuk pundakku seraya berkata
Ini tanda berduka nak...
Ayah kembali memastikan tiangnya tak roboh

Di masa itu
Aku belum tahu makna berduka
Setahuku berduka adalah sedih
Lantas bendera ju bersedih kepada siapa?
Kepada ayah?  Kepadaku?  
Atau pada yang menyuruh.

Aku tak lagi menanyakan soal itu pada ayah
Aku hanya bisa membaca wajah ayah
Dia begitu antusias memasang bendera
Tidak terbersit rasa duka
Lantas siapa yang sedang berduka
Bersama bendera bendera itu

Lalu kuingat
Semalam saat kuterjaga  dari lelap
Kudengar musik berdetak mencekam
Dan nyanyian aneh
Dan seruan keras
Darah itu merah jenderal

Ku terdiam
 sekali lagi bertanya pada ayah
 berduka atas tayangan semalam ayah?
 Ayah mengangguk.
 Berduka bagi mereka yang gugur
 Atas darah yang bersimbah
 Bumi menangis
 Langit merana
 Dari aksi para durjana....
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun