Mohon tunggu...
Yusuf Cahyono
Yusuf Cahyono Mohon Tunggu... Freelancer - Suka menulis danembaca

.Hidup Harus Berkontribusi...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekakuan Pagar Rumah?

19 September 2021   12:40 Diperbarui: 19 September 2021   12:53 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya merasa aneh di awal ketika tinggal di sebuah perumahan. Pintu pagar warga semuanya tertutup.  Terbuka hanya manakala pemilik rumah hendak masuk atau keluar rumah.  Sesudahnya tertutup kembali.  Sunyi senyap menghilang di privasinya.  Seakan masing masing punya dunia sendiri dan tak ingin dibagi.  Bersapa atau berjumpa bila ada perlunya saja.  

Berbeda manakala aku masih menginjak tanah kampung yang dulu kutinggali.  Rumah rumah tiada berpagar.  Halaman terbuka untuk siapapun yang hendak lewat atau berteduh. Lebih banyak tanaman hias atau pepohonan berkayu yang rindang di depannya.  Kami bisa bercakap berjauhan dari halaman rumah masing masing.  Tuada batas kekauan atas nama privasi.  Bahkan ibu saya sering bersapa ketika di dapur dengan tetangga yang dapurnya berdampinga..  Hanya batas tembok tipis pemisahnya yang hanya beratap sebagaian.  Lewat aroma yang dimasak mereka berkelakar tetangga masaknnya.  Sesudah kadang makanan tetangga itu sampai di rumah.  Pun juga masakan kami berkelana di rumah tangga.  Kebiasaan itu membuat kami begitu kuat toleransi dan kepeduliannya.  Batas batas bangunan hanya sebagai penegas kami punya wilayah namun bukan untuk memisahkan.

Hemm.  Saat ini saya begitu rjndu suasana kampung.  Rasanya sulit melepaskan kebiasaan itu disini.  Di rumah yang temboknya berdempet namun kekakuannya turut terbangun. Privasi dan pola hidup. Pragmatis begitu kental.  Seakan tiap rumah memiliki bendera sendiri yang kemerdekaannya begitu dijaga.

Genap tiga tahun hidup di perumahan apakah aku diam diam melunturkan suasana kampung?  

Seiirng waktu.  Kebiasaan membuka dan menutup pagar menjadi bagaian dari kekuan yang tersembunyi.  

Mungkinkah pagar itu diam diam membisiki aku dengan sejuta kenyamanan dari keterusikan?  

Mengajakku untuk memikirkan urusan sendiri ketimbang mengurusi orang lain.

Mungkin seperti itu.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun