Banyak pelaku usaha kecil yang membutuhkan pendampingan agar usaha mereka bisa lebih maju dan berkembang. Rendahnya pengetahuan teknis maupun manajemen administrasi menyebabkan usaha mereka cenderung menurun. Bahkanmereka cenderung kurang peka terhadap tantangan bisnis yang ada dan lebih nyaman dengan rutinitas dan kurang bersemangat melakukan kreasi maupun inovasi baru.
Demikian temuan anggota DPR RI H. Ambar Tjahyono, SE MM saat turun ke bawah (turba) ke beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam dalam rangka reses dari 22 hingga 24 Desember 2016. Diantaranya Ambar bertemu dengan sejumlah kelompok ternak penerima program UPPO di Kulon Progo, dialog dengan beberapa Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta, serta melakukan jaring aspirasi dengan warga DIY.
Dalam reses kali ini Ambar juga membagikan makanan tambahan gizi di berbagai wilayah di DIY. Biskuit dan kue bergizi tinggi bantuan dari Kementerian Kesehatan itu terutama untuk membantu meningkatkan kualitas gizi balita dan anak-anak. Mengutip hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2015 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, dari 496 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang dianalisis, tercatat ada sebanyak 404 kabupaten dan kota yang masih mempunyai permasalahan gizi buruk yang bersifat Akut-Kronis.
Selain itu Ambar juga bertemu dengan sekitar 100 enterpreuner muda di Bantul melalui Pelatihan Public Speaking. Dalam pelatihan yang diikuti pelaku usaha dan profesional muda yang umumnya berkecimpung dalam dunia hiburan itu diisi oleh Lusi Laksita yang dikenal sebagai penyiar dan MC kondang dari Yogyakarta.
Sukses Bisnis Karena Inovasi Tanpa Henti
Menurut Ambar Tjahyono, membangun dan mengembangkan bisnis tidaklah cukup hanya berbekal semangat saja. “Kemampuan dan ketrampilan teknis usaha juga sangatlah penting, termasuk kemampuan berbicara dan melakukan negosiasi,” kata anggota DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) DIY ini.
Pada kunjungan itu Ambar juga memperoleh banyak masukan dari para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Diantaranya menyangkut terbatasnya akses mereka dalam memperoleh dukungan permodalan usaha dan rendahnya kesempatan mendapatkan pelatihan usaha. Mereka mengaku jarang sekali mendapatkan informasi atau penawaran pelatihan khususnya dari dinas terkait.
Pada kesempatan itu, Ambar Tjahyono mengharapkan agar pelaku UKM lebih aktif dalam mencari informasi pelatihan untuk meningkatkan inovasi produk. Apalagi banyak instansi pemerintah yang menyediakan pelatihan gratis untuk UKM. “Dengan makin tingginya ketrampilan usaha yang dimiliki, maka usaha yang dikelolanya juga dapat dikembangkan lebih baik lagi,” kata anggota dewan dari komisi 6 ini. (*)
