Mohon tunggu...
Yusuf Azka
Yusuf Azka Mohon Tunggu... profesional -

belajar dan berbagi di http://yusufanas.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Charles Le Gai Eaton (Diplomat dan Filosof Inggris yang menjadi Mualaf)

19 April 2011   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:39 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah 10 Mualaf Paling Berpengaruh di Eropa dan Amerika

[caption id="" align="alignleft" width="283" caption="Kisah 10 Mualaf Paling Berpengaruh di Eropa dan Amerika, Diva Press Jogjakarta, Oktober 2010"][/caption]

"Lalu kemana saya harus mencari pengetahuan?" tanya Charles Le Gai Eaton pada dirinya sendiri dalam sebuah artikel yang berkisah tentang perjalanan spiritual yang ia alami hingga akhirnya memeluk Islam.

Menginjak usia 15 tahun, saya menemukan bahwa ada sebuah hal bernama ‘philosophy’ and bahwa arti dari kata tersebut adalah ‘cinta pada kearifan’. Kearifan adalah apa yang saya cari, sehingga pemuas dari kebutuhan saya mestinya tersembunyi di sela-sela halaman buku-buku berat yang sudah ditulis oleh para filosof arif terdahulu.

Dengan segenap perasaan suka cita, layaknya petualang yang menemukan sebuah pulau rahasia, saya tenggelam mempelajari Descartes, Kant, Hume, Spinoza, Schopenhauer dan Bertrand Russell, atau membaca karya-karya yang menjelaskan ajaran-ajaran mereka. Tak lama saya segera sadar bahwa ada yang salah.

Para tokoh yang digadang-gadangkan ini tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Mereka hanya berspekulasi, memutar-mutar gagasan di dalam kepala mereka yang menyedihkan, dan siapapun bisa saja berspekulasi (termasuk seorang siswa di sebuah sekolah menengah pertama).

Bagaimana mungkin saya yang pada saat itu baru berusia 15 atau 16 tahun memiliki kelancangan untuk menganggap seluruh filsafat sekuler Barat sebagai sebuah hal yang tak ada gunanya? Siapapun tidak perlu menunggu jadi dewasa hanya untuk membedakan antara ‘prasangka’ (Al-Qur’an menyebutnya dengan istilah zhann) dan Pengetahuan Hakiki.

Pada saat yang sama, desakan gigih ibu saya agar saya tidak mengadopsi gagasan orang lain telah memaksa saya untuk hanya mempercayai penilaian saya pribadi. Budaya Barat memperlakukan para ‘filosof’ tersebut sebagai orang-orang hebat, dan para mahasiswa di berbagai universitas diharuskan mempelajari karya-karya mereka dengan penuh takzim.

Tapi, apakah sesungguhnya makna dari karya-karya filsafat tersebut bagi saya?

[Charles Le Gai Eaton - Diplomat dan Filosof Inggris]

Dikutip dari buku Kisah 10 Mualaf Paling Berpengaruh di Eropa dan Amerika....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun