Mohon tunggu...
Yusuf Adi
Yusuf Adi Mohon Tunggu... Human Resources - Deep Thinker, Educator, Endless Learner, Positive Contributor

Terus belajar hal baru untuk berbagi dan berkontribusi positif kepada lingkungan dan masyarakat di sekitar saya. Terima kasih sudah membaca dan memberi dukungan!

Selanjutnya

Tutup

Financial

Masyarakat Indonesia Buta tentang Keuangan! Benarkah?

7 Oktober 2020   10:31 Diperbarui: 7 Oktober 2020   10:44 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
worldinvestorweek.org

Tahukah Anda tingkat pemahaman masyarakat Indonesia tentang literasi keuangan, tingkat inklusi keuangan? 

Mari kita cek data berikut ini:

Indeks inklusi keuangan Indonesia tahun 2019 yaitu 76,19%.

Inklusi keuangan artinya persentase masyarakat yang menggunakan jasa keuangan (minimal nabung, asuransi atau pinjam duit di bank).

Ini menunjukkan masih ada 1/4 penduduk Indonesia atau sekitar 92 juta penduduk Indonesia dewasa yang bahkan buku tabungan di Bank saja tidak punya! dan ini yang TERBESAR di Asia Tenggara lho!

Menurut Presiden RI Joko Widodo, tingkat inklusi keuangan Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara-negara di ASEAN seperti Singapura (92%), Malaysia (85%), dan Thailand (82%).

Padahal data ini sangat penting karena peningkatan inklusi keuangan sebesar 1% saja, akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,03% (data Bank Dunia).

2.  Indeks literasi keuangan Indonesia tahun 2019 yaitu 38,03%. Artinya hanya 1 dari 3 masyarakat Indonesia yang 'melek' tentang keuangan. Data ini sudah cukup meningkat dibanding data tahun 2016 yang hanya 29,7% dan tahun 2013 yang hanya 21,84% masyarakat yang 'well literate'.

Aspek yang diukur dalam indeks literasi keuangan ini mulai dari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan keyakinan (confidence) masyarakat dalam pengelolaan keuangan dengan lebih baik.

Semakin tinggi literasi dan bekal edukasi tentang keuangan, maka masyarakat akan mampu mengelola keuangan dengan baik, seperti tidak menghabiskan income untuk hal-hal yang konsumtif tapi lebih ke arah yang produktif, memiliki kemampuan perencanaan keuangan yang handal, bisa memilih produk investasi yang tepat sehingga tidak terjebak dalam investasi 'bodong', hingga akhirnya dapat menciptakan sebuah masa depan masyarakat yang lebih baik dan lebih sejahtera melalui perencanaan keuangan yang baik yang telah disiapkan sebelumnya, bahkan hingga persiapan masa pensiun yang baik.  

3.  Berdasarkan survey lainnya, sebagian besar masyarakat Indonesia berusia 35 tahun tidak memiliki perencanaan keuangan dan di usia 41 tahun mereka baru membuat perencanaan keuangan untuk masa pensiun.

Hanya 37% dari masyarakat Indonesia yang memiliki Emergency Fund minimal enam bulan bila mereka kehilangan mata pencaharian utamanya. Tentunya hal ini juga cukup mengkhawatirkan, khususnya di masa pandemi seperti sekarang ini, potensi masyarakat sangat rentan kehilangan pekerjaan (PHK), apabila mereka tidak memiliki emergency fund yang mencukupi maka ini akan menimbulkan collateral damage yang sangat besar seperti peningkatan kredit macet, peningkatan angka kemiskinan dan gini ratio, hingga dampak yang jauh lebih besar seperti peningkatan kriminalitas dan terjadi resesi hingga krisis ekonomi. Ini juga salah satu dampak dari kurangnya literasi keuangan masyarakat.

Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan upaya peningkatan tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat dengan cara:

  1. Memprioritaskan perluasan dan kemudahan akses layanan keuangan formal di seluruh lapisan masyarakat. Edukasi dan Akses keuangan harus mampu dijangkau di seluruh pelosok Indonesia. Tanpa adanya akses dan edukasi yang mumpuni maka Indonesia akan sulit dalam meningkatkan indeks keuangan tersebut.
  2. Momentum Revolusi Industri 4.0 dapat menjadi momentum percepatan (katalisator) dalam memberi kemudahan layanan perbankan ataupun non perbankan (asuransi, pasar modal, dana pensiun), meningkatkan edukasi keuangan serta alternatif investasi di seluruh pelosok Indonesia. Produk-produk fintech yang diawasi oleh OJK, layanan e-banking serta berbasis aplikasi dapat menjadi solusi di tengah pandemi, tentunya ini harus didukung kecepatan dan akses internet yang baik. Saat ini juga sudah semakin banyak edukasi financial planner yang memberi edukasi di sosial media seperti Youtube, Instagram, Facebook bahkan TikTok, jadi gunakan sosial mediamu dengan bijaksana dan produktif ya! :)
  3. Upaya ini tidak boleh hanya menjadi tanggungjawab dari pemerintah saja, tapi kita semua sebagai warga negara Indonesia wajib terlibat mengedukasi masyarakat sekitar, dimulai dari keluarga masing-masing untuk lebih melek keuangan, jangan malu dan takut untuk berbagi kepada orang-orang di dekatmu tentang pengetahuan finansial. Saya kemarin mendapat sharing dari sahabat saya, salah satu petinggi BUMN di Surabaya yang menceritakan bahwa rekan-rekannya selevel General Manager dan Direktur BUMN tidak memahami tentang obligasi, warran, bahkan pasar uang. Wow! Ini eselon 1 BUMN lho.. Itu sebabnya kita yang sudah memahami tidak boleh pelit ilmu, yuk kita membagikan hal-hal yang positif khususnya tentang aspek keuangan agar Indonesia memiliki masa depan yang lebih cerah dimulai dari Aspek Keuangan.

Selamat Hari Perencanaan Keuangan Dunia 2020!

LIVE YOUR TODAY.

PLAN YOUR TOMORROW!!

Sumber data:

Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun