Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Pekerjaan Semakin Langka, Pandangan dari Seorang Pekerja

9 Mei 2025   12:02 Diperbarui: 9 Mei 2025   18:03 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran (sumber: SHUTTERSTOCK/MMD CREATIVE via Kompas.com) 

Di saat perekonomian sedang tidak baik-baik saja, realitas pahit menghampiri banyak kalangan, meningkatnya angka pengangguran.

Perusahaan-perusahaan mulai menekan biaya operasional dengan berbagai cara, termasuk mengurangi jumlah karyawan.

Menurut laporan Kompas.id, pada Februari 2025 jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta orang, mengalami peningkatan sekitar 83.000 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berita ini tentu menyedihkan. Sebagai seseorang yang masih bekerja, saya menyadari betapa rentannya posisi ini, bukan hanya bagi mereka yang sudah kehilangan pekerjaan, tetapi juga bagi kami yang masih “beruntung”.

Namun, hidup tidak berhenti. Justru di tengah ketidakpastian ini, kita belajar cara bertahan hidup dengan lebih cermat dan kreatif. Salah satu kekuatan yang sering kali diremehkan namun sebenarnya sangat vital adalah peran pasar tradisional.

Pasar tradisional (foto: dokumentasi pribadi)
Pasar tradisional (foto: dokumentasi pribadi)
Di pasar, kita bukan hanya menemukan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, tetapi juga menemukan semangat hidup dari para pedagang kecil yang terus berjualan meskipun badai ekonomi menghantam.

Pasar tradisional menjadi tempat bertemunya logika ekonomi rakyat dengan naluri bertahan hidup. Di sinilah saya belajar bahwa bertahan hidup bukan hanya soal gaji bulanan, tetapi soal adaptasi. Banyak orang yang dulunya bekerja kantoran kini berjualan makanan rumahan, mengembangkan jasa laundry, hingga membuka kedai kopi di garasi rumah. Mereka tidak malu, karena kebutuhan hidup tidak bisa ditunda.

Lalu bagaimana kami yang masih bekerja menyiasati situasi ini? 

Pertama, tentu dengan membangun cadangan finansial sedini mungkin. Tidak berlebihan, tetapi cukup untuk bertahan bila sewaktu-waktu gaji berhenti. Kedua, dengan meningkatkan kapasitas diri, baik dengan belajar keterampilan baru maupun memahami teknologi yang relevan dengan bidang kerja kita. Di era ini, stagnasi adalah musuh.

Ketiga, saya percaya bahwa kolaborasi menjadi kunci. Banyak teman saya yang kini menjalankan usaha sampingan secara kolektif. Dunia kerja saat ini tidak lagi berpijak hanya pada satu sumber penghasilan. Diversifikasi menjadi bentuk perlindungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun