Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Tiwul, Cita Rasa Tradisi di Balik Bukit Karst Gunungkidul

8 Mei 2025   11:01 Diperbarui: 8 Mei 2025   17:33 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiwul Gunungkidul (foto: dokumentasi pribadi)

Gunungkidul, sebuah wilayah di selatan Yogyakarta yang dikenal akan keindahan alam karst dan bentang pantainya yang memesona, ternyata menyimpan sebuah kisah kuliner yang tak kalah menarik untuk dijelajahi. 

Di balik tanahnya yang kering dan bebatuan kapur yang mendominasi, lahirlah sebuah makanan tradisional yang sarat makna dan sejarah, tiwul.

Tiwul bukan sekadar pangan, melainkan simbol perjuangan masyarakat Gunungkidul dalam menghadapi kerasnya alam. Lahan yang kekurangan air membuatnya sulit untuk ditanami. Di sinilah singkong, tanaman yang terkenal akan kemampuannya bertahan hidup di lahan kering, memainkan peran penting.

Singkong menjadi tanaman unggulan di Gunungkidul karena kondisi lahan yang kering dan karst membuatnya cocok untuk ditanam.

Gunungkidul memiliki karakteristik geografis yang didominasi perbukitan karst, yang sulit menyimpan air tanah, sehingga menjadikan lahan di sana kurang subur dan cenderung tandus.

Kondisi ini membuat singkong, yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, menjadi pilihan yang baik bagi petani di daerah ini.

Singkong kemudian diolah menjadi gaplek, singkong yang dikupas, dijemur hingga kering, lalu disimpan untuk diolah menjadi berbagai macam makanan.

Gunungkidul dikenal sebagai “surganya gaplek”. Hampir di setiap sudut desa, tumpukan gaplek menjadi pemandangan umum, seolah menjadi bukti kearifan lokal yang telah mengakar kuat.

Dari gaplek inilah tiwul berasal. Proses pembuatannya cukup sederhana, namun memerlukan ketelatenan, gaplek digiling menjadi tepung kasar, kemudian dikukus hingga matang. Tiwul umumnya disajikan bersama kelapa parut dan gula merah, memberikan rasa yang khas.

Proses pengukusan (foto: dokumentasi pribadi)
Proses pengukusan (foto: dokumentasi pribadi)
Pada masa lalu, tiwul identik dengan masa-masa sulit. Ia dikenal sebagai makanan pokok masyarakat desa yang tak mampu membeli beras. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun