Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tahun Politik atau Tahun Gila

3 Juli 2014   21:35 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:37 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2014 adalah tahun penting, banyak yang menyebutnya sebagai tahun politik, namun ada pula yang menyebutnya sebagai tahun bola. Pada tahun ini ada dua perhelatan besar yang melibatkan perhatian banyak orang di Indonesia. Yang pertama adalah pemilu legislative dan presiden , yang kedua adalah pagelaran piala dunia 2014 di Brasil.

Perhelatan yang pertama menjadi penting karena masa depan Indonesia selama lima tahun ke depan akan ditentukan oleh apa yang terjadi dalam pencoblosan pada tanggal 9 April dan 9 Juli 2014. Sementara yang kedua menjadi penting karena mewadahi kerinduan pecinta sepakbola Indonesia akan tontonan yang bermutu, pertandingan yang seru walau belum sekalipun timnas sepakbola Indonesia mengikutinya.

Dua perhelatan ini sama-sama membuat keramaian di Indonesia, semua menebarkan tanda-tanda di sepanjang jalan. Mulai awal tahun 2014 banyak algaka terpasang di jalanan. Kalau yang cukup punya uang akan memasang di papan reklame yang berbayar, namun yang bermodal pas-pasan akan memakunya di pepohonan meski itu sebenarnya dilarang.

Aneh bin ajaib, urusan piala dunia ternyata juga sama, banyak muncul kampung yang disebut sebagai kampong piala dunia. Warganya menghiasi rumah dan juga halaman dan jalan di kampungnya dengan atribut tim-tim peserta piala dunia. Sama seperti algaka caleg atau capres yang memajang foto-foto, kampanye piala dunia pun banyak menyertakan foto-foto pesepakbola ternama.

Pemilu dan piala dunia adalah perlombaan sementara masyarakat adalah jurinya. Dan setiap perlombaan tentu saja ada pemenang dan juga yang kalah. Soal kalah menang ini tidak semuanya mempunyai sikap yang sama, yaitu siap menang dan siap kalah.

Urusan politik dan sepak bola ini memang kerap berkaitan dengan yang disebut sebagai orang gila. Ada orang gila politik dan ada pula yang gila bola.  Gila disini merujuk pada sikap yang suka berlebihan, membela sampai titik darah penghabisan. Namun pada akhirnya banyak pula yang gila betulan. Konon ada 7000 orang gila baru yang diakibatkan karena gagal dalam pemilihan calon anggota legislative.

Jumlah ini tentu saja luar biasa dan kalau dikumpulkan dalam satu tempat tentu butuh tempat perawatan yang luar biasa besar. Konon gangguan kejiwaan yang dialami oleh mereka yang kalah dalam pemilu adalah karena rasa malu dan juga kecewa yang sangat dalam.

Malu karena selama berbulan bulan telah menyebar foto dengan senyum terbaik namun tak berbanding lurus dengan perolehan suara. Kecewa karena telah mengeluarkan modal besar untuk mencetak alat peraga kampanye, bantuan dana sana-sini, mengerahkan massa bayaran untuk kampanye, membayar konsultan politik dan lain sebagainya. Sayang ketika perhitungan suara namanya tidak juga disebut oleh panitia pemilu.  Sial, sudah tak beroleh suara, namun hutang malah menumpuk.

Beruntung gangguan semacam ini cukup mudah diatasi sehingga tidak banyak dari antara para caleg yang gagal itu kemudian berakhir menjadi orang gila permanen.

Kegilaan terus berlanjut, ditengah perhelatan piala dunia, pemilu presiden juga tengah berada dalam tahapan kampanye. Semua bersaing dengan sangat keras mulai dari gila beriklan di media massa, gila pernyataan dukungan hingga gila-gilaan perang di media social.

Saya meyakini bahwa semua kegilaan ini dirancang oleh orang-orang yang benar benar waras. Namun terpaksa harus memilih cara-cara gila karena waktu untuk memperebutkan suara tak begitu lama. Sementara para tim kandidat calon presiden butuh kepastian berapa yang benar-benar akan memilih pasangan yang dijagokannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun