Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paus Resmi Pensiun, Kardinal Mulai Berkumpul

1 Maret 2013   03:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:31 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1362111977476733221

[caption id="attachment_246353" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Terhitung sejak tanggal 28 Februari, Paus Benediktus XVI resmi pensiun dan kepemimpinan tahta suci menjadi kosong (sede vacante). Sancta Romana Ecclesia atau Dewan Suci Gereja Katolik Roma yang lazim disebut sebagai Dewan Kardinal diberi kuasa untuk mengambil alih ‘kepemerintahan’ Tahta Suci dengan kekuasaan yang sangat terbatas.

Paus Emeritus untuk sementara akan tinggal di Castel Gandolfo, istana kepausan yang biasa menjadi rumah istirahat selama musim panas. Castel Gondolfo terletak di kawasan elit di bagian selatan Roma. Paus Emeritus akan tinggal disini selama dua bulan untuk kemudian kembali boyongan ke Gedung Mater Ecclesia (bunda gereja) di Vatikan. Gedung ini dahulu merupakan tempat tinggal para rahib yang menetap di Vatikan. Dengan memilih tinggal di gedung ini maka Paus Emeritus yang dulu dikenal sebagai ‘Kardinal Panzer’ ini akan memilih jalan sepi, hidup sebagai rahib yang mengisi hidupnya dengan doa dan doa. Paus Emeritus akan memisahkan diri dari kehidupan umum, karena di kawasan ini terpampang tulisan Klooster atau tertutup untuk umum.

Berdasar pada Konstitusi Apostolik, Kepala Rumah Tangga Gereja Romawi Suci yang mengurus pengurus kekayaan dan pendapatan tahta suci, atau lazim disebut sebagai Carmelengo akan memimpin Dewan Kardinal untuk mempersiapkan pemilihan Paus Baru. Kardinal Tarcisio Bertone kali ini bertindak sebagai Kardinal Carmelengo yang akan mengorganisir kurang lebih 115 kardinal yang mempunyai ‘hak pilih’ untuk melakukan conclave, sidang pemilihan Paus.

Sampai dengan hari ini dipastikan ada dua kardinal yang tidak akan hadir mengikuti conclave yaitu Kardinal O’Brien dari Skotlandia yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kardinal karena berbagai laporan tindakan yang tidak pantas pada beberapa pastor di tahun 80-an. Meski laporan-laporan itu dibantah, namun cepatnya respon Vatikan maka patut diduga laporan-laporan yang masuk bisa dibuktikan kebenarannya. Skandal-skandal yang kemudian disebut sebagai Vatileaks secara spekulatif turut disebut sebagai pendorong Paus Benediktus XVI memutuskan untuk mengundurkan diri dari Tahta Suci Vatikan.

Kardinal lain yang tidak bisa hadir adalah Kardinal Julius Darmaatmaja dari Indonesia. Uskup Emeritus Keuskupan Agung Jakarta yang kini tinggal di Wisma Girisonta ini menyatakan kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk mengikuti sidang conclave yang melelahkan. Romo Kanjeng, menyatakan kemampuan penglihatannya sudah menurun dan itu akan membuatnya tidak bisa secara efektif mengikuti sidang pemilihan paus baru. Oleh sebab itu Gereja Katolik Indonesia telah mengutus beberapa Uskup untuk pergi ke Vatikan bukan untuk mengikuti conclave melainkan untuk menyampaikan ‘aspirasi’ sebelum pelaksanaan pemilihan paus baru.

Sebagaimana diketahui ‘suksesi episcopal’ yang dilaksanakan dalam conclave hanya bisa diikuti oleh para kardinal. Kardinal adalah pejabat senior Vatikan yang ditunjuk langsung oleh Paus. Tugas utama kardinal adalah memberikan masukkan kepada Paus sewaktu mereka dipanggil untuk mengikuti konsistori (pertemuan) dan mengikuti pemilihan Paus baru saat tahta suci kosong. Saat ini ada 206 Kardinal, 117 diantaranya mempunyai hak pilih karena umurnya belum 80 tahun, batas terakhir seorang Kardinal mempunyai hak suara.

Mundurnya Paus Benediktus XVI telah memunculkan berbagai aspirasi tentang sosok Paus baru dari warga Gereja Katolik di seluruh dunia. Aspirasi yang sah-sah saja dan biasa terjadi dalam kerangka suksesi kepemimpinan baru. Ada harapan-harapan baru yang diungkap termasuk usul-usul pembaharuan yang diharapkan muncul dari Paus baru nanti. Namun semua kampanye dan lobby-lobby akan berakhir begitu conclave dilaksanakan. Dalam conclave para kardinal akan ‘dikurung’ sehingga terbebas dari pengaruh dan komunikasi dengan dunia luar yang bisa mempengaruhi pilihannya.

Gereja Katolik Indonesia juga berharap, setelah terpilih Paus baru nanti, Paus akan menunjuk Kardinal baru dari Indonesia mengantikan Kardinal Julius Darmaatmaja. Mengharap adanya penunjukkan kardinal baru dari Indonesia untuk mengikuti conclave jelas tidak mungkin sebab Dewan Kardinal tak berhak untuk membuat keputusan penting termasuk didalamnya menunjuk kardinal baru. Setidaknya ada tiga nama Uskup yang potensial untuk ‘dilirik’ oleh Vatikan sebagai Kardinal baru dari Gereja Katolik Indonesia. Ketiga nama itu adalah Mgr. Julius Sunarko SJ, pemimpin keuskupan Purwokerto yang dikenal gemar memakai iket kepala khas Banyumas. Lalu Mgr Johannes Pujasumarta Pr, yang sebelumnya ada Uskup Bandung dan kemudian dimutasi oleh Tahta Suci menjadi Uskup Agung Semarang. Dan terakhir adalah Mgr Ignatius Suharyo Pr yang kini adalah Uskup Agung Jakarta.

Gereja Katolik Indonesia boleh berharap dan menyampaikan aspirasinya perihal Paus dan Kardinal baru, namun belum tentu apa yang disampaikan akan menjadi pilihan para dewan kardinal yang berkumpul dari conclave nanti dan tahta suci Vatikan. Bukan sekali dua kali nama-nama yang disebut justru tidak muncul sebagai ‘Yang Terpilih’.

Conclave atau pemilihan paus baru, akan dilaksanakan sekurangnya 15 hari setelah tahta suci kosong. Paus Benediktus XVI mengakhiri masa kepausan dengan memilih perayaan hari Rabu Abu sebagai liturgi terakhir yang terpenting. Rabu Abu adalah perayaan yang menandai awal masa puasa, untuk mempersiapkan Tri Hari Suci yang menandai puncak perjalanan pengorbanan diri dan kebangkitan Yesus Kristus di dunia. Semoga Paus baru sudah terpilih dan akan memimpin perayaan ekaristi dalam masa Tri Hari Suci untuk mengawali karya kepausannya membawa Gereja Katolik menjadi garam serta terang dunia.

Pondok Wiraguna, 1 Maret 2013

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun