Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

'Bapontar' di Manado

9 April 2013   02:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:29 9307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_246959" align="aligncenter" width="403" caption="Tugu Titik Nol Manado. Dok. Pri."][/caption]

Saya selalu tak kuasa menolak jika di ‘undang’ untuk datang ke Manado. Di banding kota-kota besar lainnya, masyarakat Manado jauh lebih ramah, senang bergaul dan tak pelit berbagi informasi. Jadi jangan takut tersesat atau ‘hilang jalan’ andai berada di kota itu.

Kota yang tak terlalu besar itu berada di pinggiran Teluk Manado, maka Manado layak disebut sebagai kota pantai, meski sebagian wilayahnya mempunyai kontur perbukitan. Sebagai kota yang berkembang dari Bandar, maka Manado merupakan daerah pertemuan sehingga mempunyai banyak keunikan. Manado direpresentasikan oleh Tinutuan atau kemudian lebih dikenal sebagai bubur Manado yang mencampur berbagai bahan makanan mulai dari beras, jagung, ubi dan labu (sambiki) serta aneka sayuran, seperti kangkung, gedi, bayam dan juga pucuk daun melinjo.

Sebagaimana tinutuan, begitu pula Manado, kota yang lahir dari percampuran sehingga unik dan sekaligus terbuka untuk unsur-unsur baru. Manado adalah kota dengan warga yang berwatak adaptif, ramah terhadap siapapun yang datang, menerima yang dari luar tanpa rasa curiga terlebih dahulu. Dan lagi-lagi ini tercermin dalam Tinutuan, yang kini tidak sekedar ditemani oleh dabu dabubakasang dan roa, perkedel jagung dan nike melainkan juga tahu goreng, serta mie basah yang kemudian melahirkan sebutan baru yaitu Midal.

Maka kalau punya kesempatan atau kebetulan mampir di Manado, silahkan melakukan ‘City Tour’ keliling kota secara mandiri. Kita tak perlu memakai guide, sebab orang Manado akan senang menjawab pertanyaan-pertanyaan kita andai tak tahu sesuatu, bahkan terkadang mereka memberi bonus, jawaban yang lebih dari yang dibutuhkan atau bahkan malah bilang “mari jo kita antar, satu jalang torang”, daripada susah-susah ngasih tahu maka mereka memilih untuk mengantar kita pergi ke tujuan apabila mereka kebetulan akan pergi atau melewati tempat itu. Lalu apa yang bisa kita nikmati di seputaran Manado?.

[caption id="attachment_246960" align="aligncenter" width="753" caption="Anak Pantai Manado. Olah Digital. Dok. Pri"]

1365450036272868952
1365450036272868952
[/caption]

Cuci Mata dan Belanja-Belanja

Awalnya kompleks perbelanjaan di Manado berada di pusat kota atau lazim disebut sebagai Pasar 45. Kemudian keramaian itu bergeser ke Boulevards (Jl. Pierre Tendean), jalan di sepanjang pantai yang kemudian sisinya di reklamasi. Dari tanah reklamasi itu muncul pusat-pusat perbelanjaan baru sambung menyambung di mulai dari Bahu Mall, Manado Town Square (Mantos), Mega Mall hingga Marina Plaza.

Kawasan perbelanjaan sepanjang Boulevards Manado ini memang digadang-gadang menjadi pusat wisata perbelanjaan baru untuk wilayah Manado dan sekitarnya. Disini segala sesuatunya tersedia, mulai dari barang-barang yang dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari, hingga barang mewah untuk mendukung gaya hidup tertentu. Di bagian belakang beberapa pusat perbelanjaan itu ada deretan kios-kios yang menyajikan berbagai makanan dan minuman yang bisa dinikmati sambil memandang lautan dengan latar belakang Gunung Manado Tua.

Dulu teman-teman saya sering menolak kalau saja ajak ketemuan di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di kawasan boulevards, alasannya tak tahan harus berlama-lama di dalamnya lantaran bisa berkali-kali jatuh cinta. Mungkin agak lebay, tapi memang benar berada di sana membuat kita bertemu dengan banyak noni-noni Manado yang bukan hanya bening tapi berani dalam berbusana. Sampai-sampai ada yang bilang, masih pakai baju tidur kok sudah jalan-jalan di Mall. Tentu saja itu tak hanya berlaku untuk kaum laki-laki, para wanitapun akan mengalami hal yang sama, karena nyong-nyong Manado juga tak kalah rupawan dengan noni-noninya.

Untuk menghabiskan waktu, berjalan-jalan di kompleks perbelanjaan sepanjang Boulevards memang cara yang tepat. Tapi kalau mencari oleh-oleh, buah tangan untuk dibawa pulang, maka sebaiknya pergi ke jurusan lain. Tempat belanja oleh-oleh yang sekarang terkenal bernama Mercyfull Building, berada di Wanea Plasa, dekat pasar Karombasan. Atau ke beberapa toko souvenir di Tikala, tak jauh dari Kantor Walikota Manado. Di toko-toko ini tersedia aneka kain, kerajinan dan kue manado, manisan pala, dodol, sirup, minyak kayu putih, VCO, Madu, Kacang Kawangkoan hingga Bakpia Gorontalo.

Buat yang suka dengan oleh-oleh bahan makanan terutama ikan, baik Cakalang Fufu maupun Roa, banyak penjualnya bisa ditemui di sekitar Swalayan Hawa Baru, samping pertigaan Wanea – Sario, atau tak jauh dari kompleks DPRD Sulut atau Lapangan Koni Sario. Konon ikan fufu yang dijual disini masih segar-segar, baru diangkat dari tempat pengasapan. Selain ikan fufu, disitu juga dijual abon ikan, telur ikan dan bakasang (sejenis terasi tapi cair).

[caption id="attachment_246961" align="aligncenter" width="663" caption="Kuliner Sea Food Pantai Kalasey. Dok. Pri"]

136545011498318625
136545011498318625
[/caption]

Merasakan Sensasi Kuliner Manado

Soal makanan, Manado jangan ditanya yang jelas orang-orangnya doyan makan. Urusan ‘Kampung Tengah’ (perut) memang penting di Manado, tak heran jika makanannya sedap-sedap, kaya dengan bumbu dan tentu saja hot karena pedasnya. Selain Tinutuan, Manado sekarang juga dikenal karena rica-rica-nya. Konon Kuntilanak kalau dirica-rica juga bakal sedap terasa.

Pagi-pagi tersedia berbagai makanan yang lazim dipakai untuk ‘Smokol’ (sarapan). Ada tinutuan yang banyak dijual di sekitar jalan Sarapung, di sekitar Hotel Queen berderet warung tinutuan yang buka sejak pagi-pagi buta. Yang suka nasi kuning bisa pergi ke Kampung Kodok yang fenomenal karena nasi kuningnya. Di kampung ini rumah-rumah tinggal difungsikan sebagai rumah makan nasi kuning yang dijual dengan dibungkus memakai daun woka. Sebenarnya bukan pagi saja mereka berjualan nasi kunging melainkan 24 jam dalam sehari. Jadi kalau tengah malam kaget bangun lalu lapar, pergi saja ke kampung kodok, menikmati nasi kuning hangat ditemani semur sapi, abon ikan dan telur serta sambal pedas. Makanan lain yang cocok untuk sarapan pagi adalah Binte atau Milu Siram, semacam sop jagung yang berasal dari tradisi masyarakat Gorontalo.

Sebagai Kota Pantai, Manado juga kaya dengan makanan laut, baik yang dibakar, goreng maupun kuah (woku dan kuah asam/terang). Yang terkenal adalah ikan Tude atau Oci bakar yang disajikan dengan Cah Kangkung dan dabu-dabu iris. Angel Fish adalah satu dari beberapa rumah makan yang khusus menyajikan Tude atau Oci bakar yang selalu penuh dengan pengunjung. Rumah makan yang menyajikan hidangan laut bisa ditemui di sekitar Boulevards Manado. Namun jika mau keluar sedikit ke arah perbatasan Manado – Minahasa setelah Pantai Malalayang, di Pantai Kalasey berjajar rumah makan yang menu utamanya adalah makanan berbahan hasil laut. Namun untuk menikmati hidangan laut memang harus sedikit sabar, terutama untuk yang dibakar. Teknik bakar ikan di Manado adalah bakar pelan, dibakar dengan sabut kelapa sehingga lama masaknya namun dijamin masak merata dan kulitnya tidak hangus. Deretan rumah makan di Pantai Kalasey berdiri diatas bibir pantai sehingga kalau pasang serasa makan diatas lautan. Santap malam disini pada malam hari akan disajikan pemandangan kerlap-kerlip daerah sekitar reklamasi Boulevard yang berada tak jauh di seberang.

Dari Manado ke arah Bitung, juga bisa ditemukan hidangan laut yang khas yaitu kepala ikan (head fish). Kepala ikan kakap merah yang besar di belah dua, dibakar atau digoreng, namun bisa juga di masak woku. Masakan ini dulu terkenal di kalangan supir truk tapi kemudian berkembang dan menjadi sajian yang bergengsi. Kepala ikan biasanya disajikan dengan sayur santan, cah kangkung, sayur paku atau sayur pahit (campuran kangkung dan daun pepaya serta pucuk pakis).

Untuk yang diijinkan makan daging Babi, Manado adalah surganya. Makanan berbahan daging Babi dengan mudah ditemukan di warung atau rumah makan yang bertuliskan Masakan Minahasa atau Manado. Mulai dari babi rica, babi kecap, loba, tinorangsak, babi cuka, babi tore atau yang dicampur dengan bahan lain seperti panggi iris dan panggi bungkus. Ada juga sate ba’ dan sejenis sate yang disebut sebagai ragey dengan irisan yang lebih besar dan banyak lemak. Penjual ragey banyak ditemui di pinggir jalan tak jauh dari Kantor Polda Sulut hingga jalan masuk ke kompleks Universitas Sam Ratulangi.

Makassar punya coto Makassar, Banjarmasin punya Soto Banjar, Manadopun punya soto yang disebut Soto Rusuk Babi. Yang memulai kalau tak salah bernama Ko’ Petrus, dulu memulai dengan warung tenda di trotoar pinggir Boulevards, namun kini telah mempunyai tempat jualan yang permanen, bangunan beton bertingkat di gang tak jauh dari pompa bensin Sario. Pengemar ekstrim kuliner juga dengan mudah bisa menemukan masakan RW atau daging anjing yang dimasak pedas dan paniki (kelelawar).

Untuk yang suka makanan berkuah tapi mengenyangkan, di Manado juga mudah ditemukan penjual mie kuah, yang menyajikan Mie Cakalang yang sedap. Untuk yang diijinkan makan Babi, di Jalan Garuda banyak berderet penjual Mie Ba’. Di malam hari juga banyak buka ‘Chinese Food’ yang menjual nasi goreng, cap cai dan aneka mie, ada yang memakai daging babi namun banyak pula yang hanya memakai daging ayam. Chinese food yang terkenal adalah yang berlabel ‘Mie Katan’, yang dipunyai oleh masyarakat keturunan yang masih bisa berbahasa moyangnya.

[caption id="attachment_246962" align="aligncenter" width="548" caption="Sepenggal Jalan Roda. Dok. Pri"]

13654501911727916049
13654501911727916049
[/caption]

Ngobrol dan Ngopi

Buat yang suka ‘ba ober’ ngobrol kesana kemari di Manado banyak bertebaran rumah kopi. Di sekitar Tikala (tak jauh dari kantor Walikota) ada Rumah Kopi Tikala yang monumental. Kemudian di seputaran jalan Sam Ratulangi jalan utama di kota Manado juga banyak rumah kopi. Dan tentu yang paling fenomenal adalah komplek Jalan Roda atau dikenal dengan sebutan Jarod.

Jalan Roda atau Jarod terletak di salah satu sisi pusat Kota Manado, tak jauh dari Kampung China dan Kampung Arab. Sejak dahulu jalan roda dikenal sebagai tempat pertemuan dari masyarakat luar kota Manado sehingga tumbuh kios-kios untuk minum kopi. Namun lama kelamaan tumbuh menjadi tempat ngopi sebagian besar warga Manado. Deretan warung kopi di Jalan Roda mempunyai pengunjung setia, tiap kios mempunyai pelanggan yang berbeda. Maka ada kios yang banyak didatangi seniman, ada yang kebanyakan pengunjungnya adalah aktivis, ada kios yang dipenuhi oleh politisi, namun ada juga yang menjadi tempat favorit untuk berkumpul para calo.

Jalan roda buka sejak pagi hingga sore hari, selain kopi kini banyak juga warung makan. Ngopi di jalan roda memang mengasyikkan karena penghuninya mudah akrab dengan siapa saja. Di jalan roda terkenal istilah ‘kopi stenga’ atau kopi setengah gelas, juga ‘kopi lombo’ kopi yang tak terlalu pekat. Kopi diseduh dalam saringan dengan ceret kuningan yang dipanaskan diatas bara, maka kopi yang disajikan di gelas tidak mengandung ampas. Untuk menemani kopi, pengunjung bisa memesan roti bakar atau pisang Goroho goreng yang disajikan dengan dabu-dabu roa. Kopi yang disajikan biasanya kopi Kotamubago, kopi yang dihasilkan dari kabupaten Bolaang Mongondow yang kini sudah dimekarkan menjadi Kota Kotamobagu, Bolmong Timur dan Bolmong Selatan.

Kue dan Es

Untuk yang tak suka ngopi, tenang saja di Manado ada rumah makan yang khusus menyajikan Es Kacang Merah dan aneka kue-kue tradisional. Salah satu yang terkenal terletak di dekat Jembatan Mianggas, sehingga kerap di sebut sebagai rumah es Mianggas. Selain Es disini tersaji kue-kue semacam panada, biapong, apang coe, lalampa, balapis, kopi-kopi, nagasari, kolombeng polote dan lain sebagainya.

Tak jauh di seberangnya ada juga toko kue modern yang menjual Klapertart, atau tart kelapa yang khas Manado. Klapertart adalah kue berbahan dasar daging kelapa muda. Kue biasanya dibuat dalam loyang dan enaknya disajikan dalam keadaan dingin. Untuk mereka yang ingin membawa klapertart sebagai oleh-oleh, biasanya memesan sehari sebelum pulang dan berbekal selembar nota, klapertart bisa diambil di Bandara sesaat sebelum berangkat. Dengan demikian klapertart yang dibawa adalah klapertart yang baru dibuat karena kue ini tidak tahan lama.

Selain rumah es Miangas, yang cukup dikenal juga rumah es Ci’ Mey yang letaknya tak jauh dari Patung Walanda Maramis ke arah Plaza Manado. Dulu Ci’ Mey dikenal karena es duriannya. Namun di sana tidak hanya dijual aneka es melainkan juga makanan lain seperti Mie Cakalang, gohu sejenis rujak berbahan dasar pepaya mengkal dengan kuah campuran cuka, gula, cabe dan bawang merah serta goraka (jahe).

[caption id="attachment_246963" align="aligncenter" width="609" caption="Klenteng di Kampung China. Dok. Pri"]

13654502542045314093
13654502542045314093
[/caption]

Sejarah dan Ziarah

Sebenarnya Manado kaya dengan peninggalan sejarah, namun terlihat masyarakatnya yang dinamis kurang memperhatikan hal itu. Ada Museum Angkatan Darat dan Museum Negeri yang selalu sepi pengunjung. Situs peninggalan Jepang dalam bentuk bangunan misalnya Veldbox atau tempat persembunyian kini juga tersembunyi di tengah pemukiman, demikian juga dengan gua-gua Jepang yang sebenarnya banyak tersebar di berbagai wilayah kota Manado.

Di pusat kota juga ada Tugu Dotu Lolong Lasut, yang adalah perintis dari pemukiman Wenang yang kemudian berkembang menjadi Manado. Juga Waruga, atau kubur batu yang letaknya tak jauh dari TKB, Taman Kesatuan Bangsa. TKB dari dahulu merupakan ruang publik tempat orang berkumpul menikmati udara sore di tengah kota Manado. Dulu disini ada banyak tukang foto yang lama kelamaan hilang setelah boomingnya kamera digital dan kamera HP. Tapi hati-hati di malam hari, kawasan TKB menjadi tempat mangkal PSK jalanan. Suasana juga agak kurang aman karena di lorong-lorong gelap sekitar TKB banyak kios menjual minuman keras (cap tikus). Di tengah dingin dan sepinya malam aroma khas cap tikus dengan mudah tercium.

Di Kelurahan Mahakeret, juga dimakamkan Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, Permaisuri dari Sultan Hamengku Buwono ke V yang meninggal dan dimakamkan di manado. Belanda juga meninggalkan bangunan kuburan yang khas dan sebagian masih terpelihara dengan baik, antara lain di Kecamatan Singkil. Peninggalan Belanda lainnya adalah Rumah Sakit Belanda yang kini jadi sekolahan Don Bosko, Markas dan Penjara Belanda yang kini jadi rumah sakit Tentara, Gedung Dewan Minahasa (Minahasa Rad) terletak tak jauh dari Tugu Titik Nol Kota Manado, yang dipakai untuk berjualan. Gereja Sentrum atau Gereja Tua namun pernah dihancurkan di masa penjajahan Jepang dan dibangun kembali sebagai gereja Baru, namun didirikan sebuah tugu peringatan.

Di sisi kota juga ada kampung China, ada beberapa kelenteng, namun yang terkenal adalah kelenteng Bang Hin kiong. Sejak abad ke XIX, Kelenteng ini rutin mengelar upacara Tae Pe Kong atau cap Gomeh. Yang ditunggu oleh masyarakat Manado adalah keluarnya Ence Pia, atraksi yang dibawakan oleh laki-laki dengan mengiris iris diri, menusuk lidah dan lain sebagainya namun tak terluka. Atraksi ini biasanya dilakukan dengan berkeliling sebagian kota Manado, seperti karnaval dengan arak-arakan kuda Locia dan patung-patung dewa yang dipikul. Untuk para fotografer perayaan ini menjadi moment yang ditunggu-tunggu karena ada banyak gambar menarik yang bakal dihasilkan.

Peninggalan dari jaman yang lebih jauh terdahulu dari Kota Manado dikenali lewat batu dan sumur. Ada yang disebut dengan batu Sumanti, batu Bantik, batu Kuangang, batu Buaya, Batu Ni Yapa, batu Rana dan lima batu. Sementara sumur yang dikenal bersejarah adalah Parigi Puteri dan Parigi Tujuh. Namun untuk peninggalan sejarah tua ini kebanyakan orang Manado mungkin kenal atau pernah mendengar namun tak banyak yang memperhatikan atau tahu tempatnya apalagi sejarahnya.

Bersebelahan dengan Kampung China ada juga Kampung Arab, tempat bermukim masyarakat Arab sejak jaman lampau di kota Manado. Menyusuri kampung Arab akan ditemukan warung atau rumah makan yang menjual makanan beraroma Arab, dan pada saat tertentu mereka akan mengadakan acara menghisap Shisa rame-rame. Di kampung Arab juga ada Masjid Isthiqal yang selalu ramai dikunjungi oleh jemaah baik dari kampung Arab maupun dari daerah sekitarnya.

[caption id="attachment_246964" align="aligncenter" width="392" caption="Patung Jesus, Manado Blessing City. Dok. Pri"]

1365450323775231411
1365450323775231411
[/caption]

Dunia Malam

Rasanya tak lengkap berada di Kota Manado tanpa menikmati dunia malamnya, baik dalam rupa tongkrongan maupun jedag-jedug serta ajeb-ajeb ditemani minuman pemanas serta gadis pendamping. Di sepanjang Boulevard terutama di sekitar daerah kapal sandar pada malam hari banyak dijumpai penjual minuman Saraba atau air jahe yang menghangatkan. Ditemani dengan jagung bakar dan pisang gepe (pisang gapit) terasa nikmat sambil diterpa angin laut teluk Manado.

Ketika malam semakin kelam, banyak tempat hiburan malam mulai mengeliat. Lokasinya tersebar hampir diseluruh kota Manado, Mulai dari karaoke hall, musik hall hingga karaoke vip plus tempat pijat. Jika tak ingin berputar-putar cukup saja mampir di tempat hiburan malam yang ada di seputaran daerah Boulevards. Di pusat perbelanjaan ada Score, dimana kita bisa mendengarkan music sekaligus main bilyard, ada juga Corners yang menampilkan band live, juga karaoke semacam Inul Vista.Di sisi lain Boulevards yang bukan area reklamasi ada beberapa tempat hiburan malam, umumnya menampilkan music dengan iringan elekton dan pada jam tertentu ada disko time. Tempat hiburan semacam di dalam sungguh remang-remang, ruang duduk disekat-sekat, sehingga memungkinkan pengunjung dan gadis pendampingnya ber-asyik-asyik. Salah satu yang ternama adalah Sarona yang konon artinya Sarang Nona Nona, tapi pasti arti itu tidak benar karena kebanyakan yang disebut sebagai ‘ladies’ adalah janda-janda muda.

Untuk yang tak tahan tidur sendirian di kamar hotel, Manado memang tak punya lokalisasi. Namun di ruas-ruas jalan tertentu banyak gadis-gadis muda sampai tante-tante yang mulai menua berdiri di balik kegelapan. Mereka bisa diajak berkencan asal harganya cocok. Dan sebenarnya ada beberapa rumah bordil di kota Manado ada yang tersembunyi di dalam kampung, namun ada pula yang berdiri di pinggir jalan besar. Beberapa hotel tertentu juga menjadi tempat mangkal PSK secara menetap. Namun silahkan cari informasi lebih lanjut sendiri, para penjahat kelamin pasti tahu bahwa tukang ojek, supir taksi dan kendaraan sewaan adalah agen terbaik untuk membantu mencari mangsa.

[caption id="attachment_246965" align="aligncenter" width="644" caption="Pelabuhan Manado, Pasar Bersehati. Dok. Pri"]

1365450401234918192
1365450401234918192
[/caption]

Oh, ya yang saya ceritakan diatas adalah seputar kehidupan dan wisata yang dinikmati apabila kita berkeliling kota Manado. Namun masih banyak jenis wisata lain yang ditawarkan oleh Kota Manado terutama di lautan. Taman Nasional Laut Bunaken adalah bagian dari Kota Manado dan menjadi destiasi utama bagi para pengemar diving dan snorkeling.

Untuk mereka yang suka olahraga tracking atau hiking, bisa keluar sedikit dari kota Manado ke arah Minahasa untuk mampir di Kota Tomohon yang mempunyai gunung api tak terlalu tinggi untuk di daki. Di Tomohon dan Minahasa juga ada beberapa danau yang bisa dinikmati keindahannya, termasuk sumber air panas yang enak untuk berendam. Dan yang paling penting untuk mereka yang doyan makan ektrim, Minahasa lebih kaya dan menantang dari sisi jenis dan macam santapannya plus menyaksikan ketika berbagai jenis binatang itu dipamerkan di pasar.

[caption id="attachment_246967" align="aligncenter" width="584" caption="Marina Plaza. Dok. Pri"]

1365450514507788685
1365450514507788685
[/caption]

Rasanya tak bakal habis-habisnya menceritakan Kota Manado dan sekitarnya. Jadi ketimbang membaca tulisan yang panjang ini, lebih baik segeralah pergi ke sana untuk membuktikan sendiri, merasakan asyiknya ‘bapontar’ (jalan-jalan atau keliling) Kota Manado.

Pondok Wiraguna, 9 April 2013

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun