Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saya Masih Pakai SMS

6 Agustus 2014   22:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:15 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Ber-sms. Shutterstock"][/caption]

Setelah hampir 22 tahun, Short Message Service (SMS) menjadi pelayan setia dalam berkirim pesan teks, bagian penting dari komunikasi di jaman keterbukaan informasi kini nampaknya eksistensi SMS mulai goyah. Kehadiran Smartphone, telepon pintar yang dilengkapi dengan berbagai aplikasi messenger membuat SMS mulai ditinggalkan. Menenggok sejarahnya, teknologi SMS untuk pertama kali dikembangkan oleh dua ahli teknologi komunikasi dari Jerman dan Perancis yaitu Friedhelm Hillebrand dan Bernard Ghillebaert. Moda komunikasi teks dalam sistem komunikasi selular (suara) ini diilhami oleh sistem komunikasi yang sudah ada jauh sebelumnya yaitu telegraf. Mencangkokkan telegraf dalam telepon selular membuat komunikasi teks jauh lebih cepat dari era sebelumnya dimana pesan harus dicetak dan diantar kepada penerima oleh tukang pos. Pesan pertama SMS dikirim oleh Neil Papworth kepada salah satu karyawan perusahaan telekomunikasi Vodafone dengan melalui media komputer PC. Dikirim lewat PC karena pada masa itu ponsel belum mempunyai fitur keyboard layaknya ponsel masa kini. Vodafone sendiri saat itu adalah sebuah perusahaan yang melayani komunikasi pesan teks yang disebut dengan pager. Hanya saja dibandingkan dengan SMS, pager kalah jauh dari soal kepraktisan dan privasi. Betapa tidak untuk mengirim pesan, seseorang harus menghubungi operator dan kemudian operator akan mengirimkan pesan yang diterima lewat telepon menjadi pesan teks ke pesawat pager yang dituju. Untuk membalas, penerima pesan kemudian bertelepon dengan pengirim pesan, atau kembali menghubungi operator untuk membalas dengan pesan teks. Penemuan teknologi pesan teks kemudian mendorong pengembang pesawat selular untuk menghasilkan telepon genggam yang bisa dipakai untuk mengirim dan menerima pesan teks. Nokia menjadi yang terdepan lewat Nokia 1011 dan Nokia 2110.  Produsen HP terus menyempurnakan keyboards sehingga SMS menjadi salah satu layanan lazim dan bahkan kemudian menjadi unggulan di provider telekomunikasi selular. Berkembangnya internet tak membuat layanan SMS menjadi surut. Email dan berbagai messenger lain yang berbasis web belum mampu mengantikan kepraktisan SMS. Tak jarang misalnya seseorang yang berkirim email, kemudian tak dibalas-balas akan meng-SMS yang dikirimi email dengan pesan untuk segera membaca email yang dikirimnya. Popularitas SMS kemudian terancam dengan munculnya smartphone, yang dimotori oleh Blackberry. Blackberry secara eklusif mengembangkan blackberry messenger (BBM). Memakai blackberry kemudian menjadi kelas tersendiri, sehingga mendorong pemakai ponsel biasa untuk bermigrasi menjadi pemakai BB. Namun demam BBM tak berlangsung lama seiring dengan makin popularnya OS Android yang dicangkokkan dalam smartphone buatan berbagai macam pabrikan. Blackberry semakin tidak popular ketika BBM dilepas menjadi layanan umum yang bisa dipakai di smartphone berbasis android. Dan BBM bukan hanya satu-satunya messenger yang berada di open market. Masih banyak aplikasi messenger lain yang bisa dipakai melalui smartphone. Nah, semua aplikasi itu jika dibandingkan dengan SMS jelas terlihat kelebihannya. Masing-masing messenger dilengkapi dengan fasilitas attachment, sehingga bisa menyertakan file dalam bentuk dokumen, audio, grafis dan audiovisual. Sesuatu yang sulit dilakukan atau dikerjakan dengan SMS. Namun SMS masih tetap bertahan, sebab aneka messenger yang ada di smartphone akan berfungsi jika tersedia paket data atau tersambung ke wifi alias online. Sementara SMS meski pulsa yang tersisa tinggal Rp. 500 pesan masih bisa dikirimkan. Selain itu paket data juga butuh signal yang stabil, tanpa itu gadget akan terus mencari-cari signal dan baterei smartphone gampang habis. Beruntung sekarang sudah banyak powerbank sehingga gadget bisa di charge tanpa dicolok ke listrik. Sedangkan HP biasa yang lazim untuk SMS batereinya tahan berhari-hari tanpa perlu diisi. Dengan pesatnya laju perkembangan smartphone bisa dipastikan layanan SMS kini bukan ladang pendulang uang lagi untuk provider telekomunikasi selular. Paket data kini yang menjadi semakin popular. Bisa dipastikan sekarang ini tingkat pemakaian SMS per kapita sudah menurun jauh. Harga per SMS yang dipermurah, bonus free SMS, kini tak lagi menjadi bahan penarik bagi pemakai smartphone untuk membeli jenis kartu perdana tertentu. Untuk saya yang masih setia memakai SMS muncul kekhawatiran jangan-jangan tak lama lagi layanan SMS akan dikebumikan oleh provider telekomunikasi selular. Namun kalo itu terjadi maka lagi-lagi saya menjadi saksi sejarah dari proses kematian dari sebuah moda komunikasi. Sepanjang hidup, saya sudah menyaksikan matinya telepon ontel, telegram, pager,  sekaratnya post cards dan fix telepon  serta mungkin sedikit lagi tumbangnya SMS. Pondok Wiraguna, 5 Agustus 2014 @yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun