Mohon tunggu...
YUSTINA DWIKRISTIANISPd
YUSTINA DWIKRISTIANISPd Mohon Tunggu... Guru - YUSTINA DEKA

Rembang 010186

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Telo Lagi Telo Lagi

4 April 2022   12:35 Diperbarui: 4 April 2022   12:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kumulai pagi ini dengan hati yang sangat ringan seringan ringannya. Kulipat tanganku, aku berdoa pada sang Kuasa. Kusampaikan terima kasihku. Bahwa semalaman ini aku dijagai dan pagi ini aku dibangunkan dengan sehat. Kulihat suami dan anak ku masih terlelap. Oke lah biarkan mereka bangun agak siang hari ini. Tapi tetap ya jangan lebih dari jam 6. Ingat betul pesan ibuku dulu bahwa kita jangam keseringan bangun pagi terlambat. Nanti rejekinya juga terlambat. 

Saya adalah Yustina, oleh om yang memberikan nama itu. Dan lengkapnya adalah Yustina Dwi Kristiani. Keseharian aku sibuk mengurus suami dan 2 orang putri kecilku yang manis. Selain itu saya adalah seorang guru honorer disebuah sekolah negeri. Suamiku, hanya seorang lulusan SMA. Sejak 2015 lalu dia diangkat menjadi pegawai negeri sipil menjadi penjaga sekolah. 

Hmmmm,... Rasanya bahagia tak terkira bahwa perjalanan rumah tangga kami yang kami mulai dari honorer kini ada tambatan SK didalamnya. Aku pikir lengkaplah sudah kebahagiaan kami. Ditambah kemudian lahir anak ke dua kami. 

Pagi ini, usai aku berdoa dan merapikan kasur ku jejakkan langkahku. Liburanku hari ini tak berbicara tentang healing ala ala anak muda atau me time bersama keluarga. Tapi adalah lebih ke sebuah rutinitas. Dirumah, bersama keluarga dan berkebun. 

Waktu menunjukkan pukul 08.00 dan urusan rumah, masak memasak dan beberes sudah usai. Tentunya aku tidak sendiri melakukannya. Suami dan anak anak ikut membantu. Apalagi anak - anakku. Mereka harus tau bagaimana caranya bekerja. Pintar disekolah itu wajib, tapi membantu orang tua belajar hidup adalah pasti. Apalagi untuk anak tertuaku yang saat ini usia 13 tahun. Dia anak yang lahir dalam sebuah kesederhanaan.

Dia lahir bukan dalam kemewahan. Aku ingat betul bagaiana perjuanganku sebagai ibunya ketika membesarkannya sampai sekarang. Dengan gaji kedua orang tuanya yang sebagai PTT dan honorer mana mungkin bisa aku memberikan kemewahan untuknya. Sampai ada kejadian suatu ketika dia berumur 4tahun, oleh tantenya dia diajak ke pasar. Dan aku memberikan uang 5ribu untuk anakku. Barangkali dia dipasar ingin es atau jajanan lain. Tantenya berkata : mau dipakai beli es ya nak? Dan dia anak sulungku yang kubeti nama Zeffa menjawab : tumbas beras bulek ( beli beras bulek ). 

Seketika berkaca kaca air mataku. Hati kecilku menangis " Ya Tuhan anakku, anak sekecil itu sudah mengerti keadaan orang tuanya."

Dan hari ini mumpung liburan kuajak anak anakku kekebun untuk menanam dan membersihkan kebun. Merekapun ikut saja.  Bukan tanaman super yang kami tanam, kami hanya menanam ketela pohon. Yang kami tanam disela - sela pohon pisang yang sudah tumbuh tinggi sebelumnya. 

Kenapa hanya ketela? Karena itu yang menurut kami mudah menanam dan merawatnya disamping keterbatasan lahan yang kami punya. Ketela itu nantinya kalau tumbuh adalah sebagai lumbung pangan kami. Rasanya lega saja memiliki ketersediaan  pangan sederhana dirumah kami. Kami panen sedikit demi sedikit untuk sekedar kami kukus atau goreng untuk camilan. Atau kalau hasilnya melimpah aku membuatnya menjadi kerupuk ketela atau kalau orang disekitarku disini mengatakan kerupuk samier.

Kami senang menikmatinya, apalagi dikala sore - sore hari gerimis mengundang hampir setiap waktu aku menyempatkan ke kebun untuk mengambil ketela yang sudah bisa dipanen. Kumasak dan kusajikan untuk anak anak dan suami. Sambil menikmati itu kukatakan pada anak - anakku bahwa inilh hasil jerih payah mereka membantu orang tuanya dikebun. Dan mereka haruslah bersyukur apapun hasilnya. Pernah suatu waktu ada tetanggaku yang bertandang kerumah kami waktu sore hari.

Dia melihat ada camilan ketela godok dan ketela goreng, dan diapun ikut menikmatinya. Dan sayangnya pada hari lain dia datang kebetulan aku sedang menggoreng ketela itu dan dia berkomentar : telo lagi telo lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun