Di sebuah kota bernama Yogyakarta, aroma manis dan gurih khas gudeg mudah sekali ditemui. Dari pagi hingga malam, penjual-penjual sederhana hingga warung gudeg besar ramai dikunjungi oleh pengunjung. Gudeg, sebagai makanan ikonik berbahan dasar nangka muda ini, tetap setia mencuri hati para pecinta kuliner, bahkan di tengah derasnya tren makanan modern.
Salah satu yang bertahan adalah Gudeg Ibu Pon, yang telah berdiri sejak tahun 1989. Setiap hari, Ibu Pon (65) sibuk melayani pelanggan yang datang. Ia berjualan gudeg pada pagi hari hingga menjelang siang, berlokasi di Jalan Candi Gebang, Dusun Krajan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta "Kalau pagi itu malah rame, sudah siang nanti baru pulang kalau sudah habis". Ujar Ibu Pon. "Kadang jam 9 udah habis, kadang habisnya lebih cepet, jadi tidak pasti." Tambahnya.
Gudeg bukan hanya sekadar makanan bagi Ibu Pon. Gudeg juga merupakan bagian dari cerita hidup yang membawanya hingga ke titik saat ini. Â Ibu Pon menjelaskan bahwa usaha ini berawal dari keinginan dirinya sendiri. "Dari saya sendiri, dulu mau coba ini gak jadi, coba ini gak jadi, atau coba itu juga gak jadi. Akhirnya jualan gudeg ini, belajarnya (membuat gudeg) juga saya sendiri". Jelas Ibu Pon sambil tersenyum.
Tak hanya Ibu Pon, 'Ammar, seorang penikmat gudeg juga turut memberikan pendapatnya mengenai makanan khas Jogja ini. "lebih ke selera aja sih bang. Keluargaku pecinta gudeg." Ungkapnya. Hal itu tentunya menjadi gambaran bagaimana gudeg masih ramai diminati.
Meskipun banyak inovasi kuliner baru, gudeg tetap bertahan di hati para pecinta kuliner. Beberapa warung bahkan menyesuaikan diri dengan zaman dengan membuat berbagai macam variasi gudeg. Inovasi ini membawa gudeg menembus pasar nasional.
Ibu Pon setiap harinya selalu semangat dalam menjalani usahanya itu. Namun, di balik usahanya itu ada proses persiapan yang tak banyak orang tahu. Ibu Pon selalu menyiapkan dagangannya sebelum berjualan mulai dari peralatan, meja untuk jualan, dan juga dagangannya. Ia juga memasak seorang diri dan mulai mendagangkan gudeg pada pagi hari.
Tak lupa Ibu Pon menyampaikan harapannya mengenai usaha ini. Ia mengharapkan kelancaran usahanya untuk kedepannya dan juga semangat yang tak kunjung berkurang. "Yaa saya mengharapkan ya semoga lancar, kan juga tergantung nasib, nasib tiap orang masing masing kan beda". Ucapnya penuh harapan.
Di setiap suapan gudeg, terselip rasa manis yang bukan hanya dari cita rasa masakan, tetapi juga dari perjalanan panjang para pedagang gudeg yang setia menjaga warisan rasa khas Yogyakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI