Mohon tunggu...
Yusrin  TOSEPU
Yusrin TOSEPU Mohon Tunggu... Dosen -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Periset di LSP3I Region V Sulawesi Pusat Makassar. Ketua Lembaga Kajian Forensik Data dan Informasi KAVITA MEDIA Makassar Penggiat Literasi Media ICT (Information and Communication Technology)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ilusi Sang Maha Guru

26 Juli 2018   16:10 Diperbarui: 26 Juli 2018   16:35 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu waktu seorang maha guru telah mengembangkan kekekuatan berpikirnya ke tingkat pemikiran dan mental super tinggi (sempurna). Ia telah mampu memproyeksikan ciptaan mentalnya laksana benda konkrit yang bisa dilihat orang lain. Sang Maha guru mengira telah mencapai tingkat kesempurnaan.

Ia memiliki seorang murid yang mempraktekkan kekuatan berpikir sang maha guru hingga ke tingkat yang lebih tinggi dan mencapai kekuatan pikir dan mental yg sempurna. Ketika mencapai tingkat ini, ia sadar bahwa gurunya tidak bisa berkembang lebih lanjut akibat adanya khayalan. Masalahnya adalah bagaimana membuat gurunya sadar akan hal itu.

Suatu hari ia datang menemui gurunya, dan bertanya apakah ia telah mencapai tingkat kesempurnaan dlm kekuatan pikir dan mental.

"Tentu saja," jawab gurunya, "untuk membuktikannya, aku akan menciptakan apa yang engkau minta dengan kekuatan pikiranku."

"Ciptakan gajah," kata muridnya. Seekor gajah besar muncul di depan mereka.

"Sekarang coba Guru bikin ia mengejar Guru," kata muridnya lagi. Pada waktu gajah itu mulai mengejarnya, guru itu berusaha bangun dari duduknya dan mulai lari.

"Tunggu, jika Guru seorang yg sempurna dlm kekuatan pikir dan mental," kata muridnya, "bagaimana Guru bisa punya rasa takut? Kenapa Guru lari?"

Oleh kejadian ini guru itu mengerti bahwa ia belum mencapai kesempurnaan.

* * *

Tubuh fisik kita hanya bisa bertahan kurang dari satu abad dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Emosi kita hanyalah sebuah arus perasaan dan imajinasi. Pikiran kita adalah gambaran dari realitas dunia fisik kita.

Watak kita berubah seiring gerak waktu. Di dalam interaksi yang rumit antara pikiran dan fisik ini, tidak ada unsur permanen yang bisa dianggap sebagai diri yang tidak berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun