Mohon tunggu...
Yusrin  TOSEPU
Yusrin TOSEPU Mohon Tunggu... Dosen -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Periset di LSP3I Region V Sulawesi Pusat Makassar. Ketua Lembaga Kajian Forensik Data dan Informasi KAVITA MEDIA Makassar Penggiat Literasi Media ICT (Information and Communication Technology)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ilmu Pengetahuan dan Spiritualitas

26 Mei 2018   21:46 Diperbarui: 29 Mei 2018   21:54 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ilmu pengetahuan adalah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selaras dengan penguatan dan pengembangan spiritualitas. Jika tidak, maka kehidupan ini tidak akan seimbang, dan dapat menghancurkan diri kita sendiri. Dengan demikian maka itu bisa menjadi akhir dunia! Jika kita tidak memiliki kekuatan moral dan pengetahuan spiritual tentang bagaimana menjadi seorang manusia yang baik. Ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi kekuatan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Khaliq, pencipta dan pemilik alam semesta ini.

Titik penting seorang pembelajar yang sedang berjalan mencari ilmu pengetahuan adalah ketika ia telah sampai pada sebuah keadaan dimana ke-diri-an telah "tiada". Dalam situasi demikian yang bersangkutan tidak ada lagi yang maha hebat kecuali Allah SWT, dan sirnalah semua yang tampak.

Yang dimaksud dengan fana' (hilang) di sini bukan fana' secara lahiriah. Tapi fana' secara maknawiah. Sebagai bukti konkret orang yang telah fana' adalah ia senantiasa meyakini konsep la hawla wa lquwwata illa billh al 'aliyy al adzm. Tak ada kekuatan diri, tak ada kemampuan diri, kecuali kekuatan dan kemampuan diri Allah SWT.

Seorang yang tengah fana' tampak jelas dalam sifat kesehariannya. Berbagai emosi dan reaksi negatif yang biasa bersemayam dalam diri telah berubah menjadi sebaliknya. Tenang, kuat, dan sabar ketika menghadapi gelombang kehidupan merupakan bukti kuat bahwa seseorang telah fana. Bahkan, ketika dicaci-maki oleh banyak orang pun ia tidak serta merta balas memaki atau membenci. Karena, baginya yang penting Allah SWT tidak murka dan membencinya. Konsentrasinya hanya pada Sang Khalik. Semua yang dilakukannya senantiasa berangkat dari kesadaran kehambaan yang harus senantiasa memiliki catatan baik di sisi Allah SWT. Ia tetap bersyukur dan senantiasa mengucap alhamdulilah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun