Mohon tunggu...
yusriah yasmin
yusriah yasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

a beginner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tato sebagai Identitas dalam Kebudayaan Suku Dayak

25 Januari 2022   11:10 Diperbarui: 25 Januari 2022   11:13 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keberagaman di dalamnya. Keberagaman etnis, ras, bahasa, dan budaya merupakan hal yang patut disyukuri dan terus dijaga kelestariannya. Namun, terkadang perbedaan tersebut menimbulkan konflik antar masyarakat. 

Konflik atau permasalahan tersebut dapat menimbulkan perpecahan dalam masyarakat, kerugian harta benda juga korban jiwa. Akibatnya, norma sosial seperti nilai persaudaraan, kasih sayang, dan rasa hormat yang berada di tengah masyarakat dapat hancur dan terganti oleh hal-hal sebaliknya. 

Salah satu contoh keberagaman budaya yang menimbulkan stigma negatif di masyarakat masa kini adalah budaya tato pada masyarakat suku Dayak. Tato atau pada suku Dayak disebut “tutang” merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat suku Dayak, walaupun tidak semua suku Dayak memiliki tato.  

Seni tato bukan semata-mata untuk gaya, namun tato bagi mereka merupakan suatu hal sakral yang berhubungan erat dengan beberapa kejadian dan tujuan yang telah menjadi budaya dalam suku Dayak. 

Dalam proses pembuatan dan peletakan, tato atau tutang tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Karena pada masing-masing bentuk terdapat fungsi dan makna tersendiri. 

Beberapa fungsi yang dimiliki tato yaitu sebagai penanda bahwa pemilik tato adalah keturunan asli suku Dayak, tato menjaga pemiliknya dari pengaruh roh-roh jahat, penanda bahwa pemiliknya telah lulus Kinyah (seni bela diri dengan menggunakan Mandau), sebagai penghargaan atas jasa dan keberanian, juga sebagai tanda bahwa pemilik tato telah merantau ke berbagai suku. Bagi wanita tato merupakan penanda bahwa wanita tersebut siap menikah. 

Namun, apa hal yang melatar belakangi masyarakat suku Dayak untuk mentato tubuhnya? Apakah ada alasan psikologis di balik tradisi tersebut?. Menurut Fakhri dan Kahija (dalam Jurnal Empati, 2015) Psikologis para subjek (masyarakat suku Dayak) diawali dengan bagaimana subjek melihat tato sebagai identitas dirinya, dengan identitas tersebut masyarakat suku Dayak berupaya untuk menjadi bagian dari suku Dayak. 

Masyarakat memiliki ketertarikan sendiri dalam memiliki tato. Hal itu berasal dari pilihan pribadi dan menyaksikan tradisi tersebut sudah dilakukan secara turun temurun untuk menjaga tato dayak dari kepunahan. Menurut Erikson (dalam Fakhri dan Kahija, 2015) orang yang sedang mencari identitasnya adalah orang yang ingin menentukan siapa dan apa dia pada saat sekarang dan diinginkan pada masa mendatang. 

Pada penelitian Fakhri dan Kahija (dalam Jurnal Empati, 2015) peneliti menemukan bahwa masyarakat suku Dayak memiliki konsep atau pandangan tersendiri pada tato tradisional. 

Pada penelitian subjek memandang bahwa tato adalah keindahan dan warisan leluhur yang harus diterima oleh penerusnya, sedangkan subjek kedua menganggap tato sebagai lambang kemampuan  dan juga pembuktian dalam masyarakatnya dan subjek lain memandang tato sebagai seni budaya subsuku dan rasa cinta pada alam. 

Tidak hanya itu, di dalam tradisi tato ini terdapat penghayatan kehidupan, yaitu tato sebagai sebuah hal yang harus diraih oleh masyarakat suku Dayak, dan tato sebagai status sosial dan kedudukan seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun