Mohon tunggu...
Yusnawati
Yusnawati Mohon Tunggu... Penulis - Pengagum kata

Pengagum kata yang belajar merajut aksara.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

KUN

17 Agustus 2020   16:31 Diperbarui: 17 Agustus 2020   17:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ayo Kun, kau harus tahu. Apa yang terjadi." Ia mencubit pipi Kun dengan lembut.

 "Ada apa Fatma?" Ia berdiri, membasuh wajahnya dengan air untuk mengumpulkan kesadaran. Setelah dirasa membaik, ia datangi sahabatnya.

"Sekarang kau boleh cerita, aku siap mendengarnya."

Fatma menarik nafas panjang, sebelum memulai bercerita.

"Di rumah Pak Rosihan, ada pemuda dari kota Kun. Ia mau memajukan desa kita. Termasuk memberikan pendidikan gratis membaca dan menulis." Mata Fatma berbinar saat menceritakan berita baik itu kepada sahabatnya. Ia tahu, sudah lama Kun memimpikannya.

"Kau tidak bohong kan Fatma? Mana mungkin di desa kita yang terpencil ini ada yang mau datang untuk menjadi pengajar. Apalagi dengan medan perjalanan yang sangat sulit, mustahil ada orang yang mau mengorbankan dirinya. Aku tak percaya ada orang sebaik itu." Kun membalikkan tubuhnya.

"Ayo, ikut aku. Akan kutunjukkan jika ceritaku ini nyata. Kau akan melihat pemuda itu." tanpa pikir panjang, digamitnya tangan Kun. Ia ta bisa berontak karena gengaman Fatma jauh lebih kuat. Mereka berdua pergi ke rumah Pak Rosihan.

Sesampai di sana, tak ada sosok pemuda yang diceritakan Fatma. Dicarinya pemuda itu, tapi tak kunjung bertemu, hingga tibalah mereka di pondok yang sudah lama tak dihuni. Suara laki-laki itu terdengar jelas, perlahan-lahan mereka mengendap-endap, mengintip siapa gerangan pahlawan yang baik itu.

Dari balik pondok yang terbuat dari anyaman bambu, Kun melihat laki-laki itu sedang menyapa anak-anak dan berbincang hangat. Hingga anak-anak tertawa gembira. Kemudian mengenalkan sedikit tentang huruf.

Kun terkesima dengan laki-laki itu, colekan Fatma tak digubrisnya. Ia malah menoleh ke Fatma dan memperingatkannya jangan menganggunya lagi.

Kun kembali asyik mengamati laki-laki itu, tetapi aneh lelaki itu tidak ada. Kemana dia pergi? Ia lihat lagi dari lubang yang sama untuk memastikan. Ternyata beneran, tidak ada. Di mana dia, apakah ia hantu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun