Mohon tunggu...
Yusi Kurniati
Yusi Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penikmat sastra

Penulis novel Ayam Goreng Gadamala & Pria Berkacamata (2021), Pacar Dunia Maya (2016), Kumpulan cerpen Sepenggal Kisah (2016), dan kontributor dalam 45 antologi cerpen dan fiksimini. Alumnus S2 Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gara-gara Pilkades

22 September 2020   12:00 Diperbarui: 23 September 2020   17:10 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pemilihan ketua. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

"Bapak menang, Le," ucapnya dengan sumringah, lalu kembali pergi. Satu kalimat yang terucap dari bibir ibu tak cukup membuatku mengerti. Aku pun mengikuti langkah kaki ibu menuju balai desa yang ramai oleh warga. Ada Basuki dan juga Yono di sana. Yono yang melihatku baru tiba segera menghampiriku.

"Bapakmu menang, No," ujarnya seraya menarik-narik bajuku.

"Menang opo?" Aku masih tak paham. Yono menunjuk papan yang terpampang di balai desa. Di sana tertulis bahwa bapakku berhasil menang dalam pilkades ini mengalahkan bapaknya Basuki dan Pak Tukiran. 

Beliau bahkan mendapatkan lebih separuh suara warga desa. Sebagai anak yang baru tahu bahwa bapaknya menang lomba, tentu aku bersorak kegirangan. 

Apalagi ketika kulihat senyum bapak begitu lebar ketika itu. Yang aku tahu, bapakku menang lomba serupa lomba balap karung. Tapi aku tak tahu apa yang terjadi di balik itu bahkan sesudah itu.

Kehidupan keluargaku berubah seketika sejak bapakku menang 'lomba' itu. Bapak kini tak lagi bekerja di pabrik, ibu pun tak lagi berjualan nasi uduk keliling. 

Sekarang beliau membuka warung di depan rumah. Perekonomian kami mulai membaik sejak itu. Tapi itu hanya berlangsung beberapa bulan. Semua mulai kacau ketika sebuah kabar beredar bahwa bapakku menggelapkan dana desa dibantu oleh mantan kepala desa. 

Semua warga mulai menggunjingkan keluarga kami. Ibu bahkan sudah tiga hari ini tidak membuka warungnya. Aku yang tak paham dengan apa yang terjadi juga kena imbasnya.

Sore ini aku, Basuki, Yono, dan beberapa anak lainnya bermain gundu di lapangan seperti biasanya. Sedang asyik bermain gundu, ibu dari beberapa temanku datang dan menyeret paksa anaknya. Bahkan ibu Basuki pun ikut datang.

"Bas, ayo pulang! Jangan main sama anak kades koruptor itu! Pantesan aja bapakmu kalah pilkades kemaren." Tatapan ibunya Basuki mengarah tajam kepadaku yang tak mengerti apa yang diucapkannya. Basuki pun diseret paksa oleh ibunya, ia bahkan tak sempat memunguti gundunya yang masih berserakan di tanah.

Aku terpaku. Kini hanya tinggal aku dan Yono di lapangan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun