Kehidupan anak muda jarang sekali konsisten akan pemenuhan kebutuhannya. Terlalu seringnya memenuhi  keinginan menyebabkan tidak bisanya anak muda memiliki dana besar sebagai modal investasi di masa depan.
Sebelum usia 25, saya yang masih bujangan mengakui bahwa apa yang dikatakan teman saya ini memang benar adanya. Saya terlalu boros, mudah menghabiskan uang sebagaimana mudahnya mendapatkan materi dari pekerjaan saya sebagai konsultan program nasional/ swasta. Â Terkadang kehidupan saya tidak bisa juga terkontrol , karena keseringan tidur malam . keseringan begadang ini yang akhirnya merenggut aset berharga saya yaitu kesehatan. Kesehatan menurun, sering pusing / sakit kepala berkepanjangan. Saya harus ubah perilaku kehidupan tidak sehat ini. Salah satunya berhenti bekerja dan pindah ke tempat yang pekerjaannya normal . Jam kantor jelas pergi pagi pulang sore hari. Malamnya bisa istirahat.
Saat usia 25 tahun saya memilih hijrah pindah bekerja ke Jakarta. Misi saya ingin menaklukan  Kota Metropolis dan menjadi Eksekutif muda dan berpenghasilan dollar amerika. Berhasilkah?
Selama kurang lebih 4 tahun saya bekerja menjadi seorang wakil  pialang di pusat pertumbuhan ekonomi  Indonesia.  Lagi -- lagi materi saya dapatkan, namun pola hidup malah berantakan.  Uang dollar didapat, tapi kehidupan sosial hancur lebur.
Aktivitas kerja yang menuntut  pergi pagi pulang malam  dari hari  senin sampai jumat kadang sabtu harus  masuk membuat aktivitas bersama keluarga apalagi teman nyaris tak pernah ada waktu.  Lagi -- lagi problem bermunculan. Uang tidak  bisa membeli waktu luang anda.
Melewati  usia 25 tahun semua apa yang saya inginkan saya dapatkan, Mendapat jabatan yang saya inginkan , mendapat posisi tertinggi utnuk orang lokal,  maka saatnya  saya berhenti dan mencari sesuatu yang berharga. Sambil membuka situs bola yang saya sukao (bola.kompas.com) saya mendapat berita aka nada suatu gathering komunitas bernama Kompasiana. Lalu saya iseng mendaftar dan balasan emailnya saya diterima menjadi salah satu pesertanya.
Menjadi blogger , Kompasianer bukan tujuan hidup saya, tapi isi kepala saya harus saya uraikan dalam sebuah cerita eh bukannya berupa tulisan opini saya malah menuliskan banyak puisi saat di awal -- awal menulis di Kompasiana.
Diminta Menikahi Gadis Usia 25 Tahun
Laiknya pria mapan, saat bertandang ke Semarang Jawa Tengah, Ayah calon mertua mengajak saya jalan menuju Masjid Agung Jawa Tengah . Saya ikut saja, namanya juga diajak.
Saat itu sang camer bercerita bahwa seorang gadis yang sudah berusia 25 tahun nanti anak -- anak yang dilahirkannya akan cerdas. Â Saya percaya saja, soalnya sang camer ini bekerja di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat itu di tahun 2008.