Makanan dan Minuman dijagaÂ
Karena saking takutnya tertular oleh virus yang ditengarai sudah bermutasi ini (di Eropa dikenal dengan B11&) masyarakat kita sudah mulai selektif dalam mengonsumi makanan dan minuman yang berpotensi menyebabkan kita sakit. Ya minimal tidak membuat batuk, filek dan sebagainya. Rerata jarang sekali kita melihat orang atau batuk berada di sekitar kita. Pengalaman saya di kantor pun demikian. Kalau hari -- hari biasa sebelum pandemi selalu ada yang batuk atau pun bersin, kini suara itu nyaris tidak terdengar atau memang sengaja ditahan -- tahan agar tidak menimbulkan kegaduhan.
Puasa di Saat Pandemi
Ramadhan Tahun 1421 Hijriyah, adalah periode yang menurut saya susah move on. Pertama, ada himbauan tidak boleh melakukan ibadah di masjid/ mushola , apalagi  daerah saya ini termasuk  zona merah. Papan pengumuman tertempel di pintu mushola, bahwa aktifitas Ramadhan tida bisa dilakukan di mushola dan diharapkan beraktifitas di rumah masing -- masing.  Saya yang terbiasa sholah berjamaah  mau tidak mau  sholat fardhu/ tarawih  di rumah / berjamaah bersama anak dan istri.
Bulan Puasa yang identik dengan ramai dengan kajian islami, dari tarawih, tadarus dan  kegiatan lainnya menjadi sepi objek , berganti dengan terdengarnya sayup  -- sayup dari rumah tetangga  warga satu  dengan yang  lainnya  dalam pelaksanaan  ibadah di rumah . Sungguh kontras rasanya dengan suasana Ramadhan tahun sebelumnya. Dua anak saya yang biasanya meramaikan mushola komplek , kini sehari -- hari berada di rumah.
Pandemi bukanlah sebuah ujian, karena umat islam meyakini  bahwa  bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Di awal memang sulit, kini kesulitan itu sudah ada obatnya yaitu kebiasaan.
- Saya menjadi terbiasa hidup sehat , minum madu, vitamin , berolahraga bersepeda setiap minggu bersama  warga lainnya;
- Saya sebagai kepala keluarga lebih banyak berada di rumah, karena aktivitas pekerjaan bisa dikerjakan di rumah dengan metode Work From Home;
- Karena berada di rumah, otomatis hubungan dengan anak, istri menjadi lebih intens. Bisa menemani anak belajar daring (dalam jaringan ) secara online. Bisa merasakan susahnya menjadi guru dalam mengajar ya saat pendemi ini. Sebelumnya profesi guru dianggap mudah karena mengajar melalui sebuah system sekolah. Kenyataannya banyak orang tua yang tensinya menjadi tinggi.
- Saya lebih konsern mengajarkan anak saya tata cara sholat fardhu, sunah (tarawih). Meski  jumlah rokaatnya hanya 11 ,  dua anak saya antusias mengikutinya. Dengan catatan  bacaan suratnya jangan Panjang -- Panjang.
Sholat Idul Fitri
Karena adanya larangan aktivitas secara massal dalam pelaksanaan Sholat Ied, maka saya melaksanakannya di rumah. Jauh -- jauh hari saya menyiapkan bahan untuk kutbah, sarat apa saja saat menjadi khotib dan Imam sekaligus. Â Alhamdulillah berjalan lancer.
Silaturahmi yang Sepi
Pandemi ini membuat orang menjadi menahan diri. Takbir  yang biasanya meriah disertai kedatangan tamu ke rumah untuk bermaaafan -- maafan , saat itu sepi seperti hari -- hari biasa. Alhasil makananpun kami habiskan sendiri lantaran tak ada saudara handai taulan yang saling berkunjung.
Tidak Bisa Mudik