Mohon tunggu...
Yusapril Hagie Syamsun Nahar
Yusapril Hagie Syamsun Nahar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Departemen Teknik Kelautan (Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potensi Pengembangan Oscillating Water Column di Pulau Rote

26 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 26 Januari 2021   16:17 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Grafik perbandingan Daya Minimum dan Daya Maksimum Pada OWC di Pulau Rote

Ketersediaan energi listrik menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.Tingginya pertumbuhan konsumsi energi listrik tanpa diikuti produksi listrik yang memadai akan menyebabkan berbagai permasalahan di kehidupan manusia, baik dalam sektor sosial, ekonomi, pendidikan, bahkan kesehatan. Permasalahan tersebut disebabkan oleh penggunaan peralatan-peralatan elektronik yang dimanfaatkan untuk menggerakan sektor tersebut. Konsumsi energi listrik Indonesia pada tahun 2017 sebesar 1.012 kWh per kapita, dengan peningkatan sebesar 956 kWh per kapita dari tahun 2016. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menjamin ketersediaan energi listrik adalah dengan program-program pembangunan pembangkit listrik. Salah satu program pemerintah tersebut adalah program 35.000 MW yang tercatat telah tercapai 16.992 MW pada akhir November tahun 2017 . Kapasitas terpasang pembangkit listrik hingga akhir tahun 2017 sudah mencapai 60 GW, dengan peningkatan 7 GW dalam 3 tahun terakhir. Penggunaan energi pada sektor pembangkit masih didominasi oleh batubara yaitu sebesar 57,22%, disusul oleh gas sebesar 24,82%, air sebesar 7,06%, BBM sebesar 5,81%, panas bumi dan EBT (energi baru terbarukan) sebesar 5,09% . Energi baru terbarukan menjadi pusat perhatian dunia pembangkitan tenaga listrik saat ini, dikarenakan lebih ramah lingkungan. Tercatat terjadi penurunan emisi gas karbon dioksida (CO2) sebesar 33,9 juta ton dari tahun 2016 . Capaian Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) meningkat drastis dengan bertambahnya kontrak EBT dari 16 kontrak pada tahun 2016 menjadi 68 kontrak pada akhir tahun 2017, dengan kapasitas terbangkitkan sebesar 1.207 MW.

Gelombang laut merupakan salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan melimpah di negara maritim. Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki laut dengan luas mencapai 5,8 juta km2 dan memiliki garis pantai sepanjang 99.093 km. Kondisi kelautan di Indonesia memiliki tinggi gelombang yang bervariasi dan sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam menggantikan bahan bakar fosil pada pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik tenaga gelombang laut sudah dikembangkan, salah satunya yaitu sistem kolom air osilasi atau oscillating water column system (OWC). OWC merupakan salah satu alternatif teknologi pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang memanfaatkan energi potensial air laut. Pergerakan masuk dan keluarnya air laut pada kolom osilasi akan menghasilkan tekanan, yang kemudian dimanfaatkan secara langsung untuk memutar turbin angin yang terhubung dengan generator, maupun untuk menggerakan sistem hidrolik yang selanjutnya akan menggerakan turbin angin yang terhubung dengan generator.

Masalah Elektrifikasi di Pulau Rote

Tahun 2017, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) gencar melakukan berbagai program pembangunan di sektor listrik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, salah satunya adalah program “35.000 MW” guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Dampak dari pelaksanaan program tersebut dapat dilihat pada Tabel 1, yakni mayoritas provinsi mengalami peningkatan rasio elektrifikasi, salah satunya ialah Provinsi Papua yang pada tahun 2017 memiliki rasio elektrifikasi terendah yakni sebesar 48,74% meningkat sebesar 23,3% menjadi 72,04% pada tahun 2018 (KESDM, 2018). Namun, hal ini tidak terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Rasio elektrifikasi NTT hanya meningkat sebesar 1,65% dalam kurun waktu satu tahun. Padahal pemerintah setempat telah menggencarkan program “NTT 100% Bersinar” dengan membagikan 1000 diesel dan 200 buah Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTHSE) ke berbagai penjuru NTT dengan mengutamakan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Kabupaten Rote Ndao merupakan satu dari tujuh daerah 3T di NTT yang juga merupakan daerah paling ujung selatan Indonesia. Pelaksanaan program “NTT 100% Bersinar” membuat Rote Ndao mendapatkan akses listrik untuk pertama kalinya pada tahun 2017, sehingga kini 57 dari 89 desa di Rote Ndao telah teraliri listrik. Tetapi penggunaan listrik masih sangat terbatas dimana satu mesin diesel hanya mampu mengaliri 20 rumah selama dua jam dalam sehari. Sehingga, warga setempat masih mengandalkan penerangan dari lampu pelita. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan energi konvensional masih belum optimal dalam mengatasi permasalahan elektrifikasi di Rote Ndao.Secara geografis, Rote Ndao berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang memiliki gelombang laut yang cukup tinggi mencapai 4 meter dan pantai berbatu dengan kedalaman lebih dari 11,9 meter. Oleh karena itu, daerah tersebut berpotensi untuk menghasilkan energi listrik dari gelombang laut. Konversi energi gelombang laut menjadi energi listrik adalah dengan menggunakan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) yang sedang dikembangkan di dunia. Oscillating Water Column (OWC) adalah salah satu teknologi PLTGL yang dikembangkan dengan sistem kerja yang memanfaatkan perbedaan tekanan udara dalam suatu kolom (chamber) yang disebabkan oleh gelombang bolak-balik yang masuk melalui mulut kolom. Udara dalam kolom akan keluar dan masuk melalui sebuah celah yang dilengkapi turbin. Selanjutnya, turbin akan berputar saat proses osilasi udara terjadi hingga menghasilkan listrik.

Analisis Perhitungan Daya Oscillating Water Column dengan Data Sekunder

Perhitungan daya gelombang air laut yang masuk ke dalam chamber menggunakan persamaan pada Gambar 1. Data periode, cepat rambat, dan panjang gelombang laut dapat diperoleh dari pengolahan data tinggi gelombang. Dalam menentukan ketinggian gelombang di perairan Rote digunakan data prakiraan tinggi gelombang Kepulauan Rote dari BMKG untuk periode Januari 2018 — Juli 2018 yang dapat dilihat pada Tabel 1.

 Tabel 1. Data BMKG 2018
 Tabel 1. Data BMKG 2018

Gambar 2. Persamaan Perhitungan Gelombang
Gambar 2. Persamaan Perhitungan Gelombang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun