Mohon tunggu...
Yusanti Zahro Aisiyah
Yusanti Zahro Aisiyah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa Magister Profesi Psikologi UMM 2021

Hidup itu bagaikan perjalanan yang banyak lika-likunya. Selalu positive thinking, melakukan yang terbaik dan jangan lupa berdoa :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kamu Medsos Holic? Hati-Hati Gejala FoMO

22 Januari 2022   21:30 Diperbarui: 22 Januari 2022   23:07 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial merupakan suatu hal yang kini menjadi bagian hidup setiap individu. Menurut Hootsuite, data tren penggunaan media sosial aktif di Indonesia pada tahun 2021 berjumlah 170 juta dimana angka tersebut merupakan 61,8% dari jumlah populasi di Indonesia.  Rata-rata setiap orang mengakses media sosial kurang lebih selama 3 hingga 4 jam dalam sehari. Namun yang perlu diperhatikan adalah penggunaan media sosial ini memiliki cukup banyak dampak bagi kesehatan fisik maupun psikis dan setiap orang memiliki reaksi emosional yang berbeda-beda ketika menggunakannya tergantung dari kondisi masing-masing individu.

Penggunaan media sosial tidak terbatas oleh usia bahkan mulai dari anak-anak pun saat ini sudah banyak yang menggunakan. Pada usia dewasa, penggunaan media sosial tidak menjadi masalah karena pada tahap ini seorang individu mampu mengontrol dirinya. Namun, pada usia anak dan remaja, hal ini perlu menjadi perhatian lebih. Pada masa remaja, menurut Muang (dalam Sarwono, 2021) terjadi peralihan ketergantungan secara sosial dan emosional yang awalnya kepada orang tua kini harus memisahkan diri dan mencapai hubungan baru dengan kelompok teman sebaya. Penggunaan media sosial merupakan salah satu cara bagi mereka untuk berkomunikasi dan membangun hubungan pertemanan. Namun, selain dampak positif terdapat juga dampak negatif apabila berlebihan dalam menggunakan media sosial.

Salah satu dampak negatifnya adalah dapat memunculkan Fear of Missing Out (FoMO) yang merupakan suatu kekhawatiran pada diri individu bahwa orang lain sedang melakukan aktivitas yang menyenangkan tanpa dirinya. Sehingga ketika seorang remaja tidak update dan ketinggalan tren di media sosial maka mereka akan merasa khawatir. Hal ini dapat mengganggu perkembangan mental remaja di kemudian harinya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Christina dkk (2019), remaja yang berperilaku dengan kecenderungan tinggi berdasarkan emosi-emosi negatif memiliki kekhwatiran yang lebih dalam akibat penggunaan media sosial.

Berikut tanda-tanda yang harus diwaspadai !

  • Memiliki perasaan ingin tahu yang besar mengenai kegiatan orang lain
  • Selalu mengecek sosial media disetiap waktu dan terkadang di waktu yang tidak tepat semisal bangun tidur, ketika berkendara dll
  • Merasa khawatir dan takut tertinggal tren
  • Merasa media sosial merupakan suatu hal yang sangat penting dan ketika media sosial bermasalah maka akan menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan

Jika dipandang dari segi filsafat, perasaan FoMO ini disebabkan oleh adanya kebutuhan eksistensi diri seorang individu. Ketika seorang individu bereksistensi maka dirinya akan secara aktif melibatkan dirinya dalam suatu hal atau kegiatan, berbuat atau merencanakan suatu hal agar diakui keberadaannya. Menurut Sartre, kecemasan dapat terjadi karena manusia terhanyut oleh urusan sehari-hari padahal seharusnya eksistensialisme itu seluruhnya bergantung pada dirinya. Sehingga Sartre menyebutkan bahwa eksistensialisme merupakan doktrin yang mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan subjektivitas manusia.

Lalu, apa yang harus dilakukan ketika merasakan FoMO?

  • Buat batasan penggunaan smartphone terutama untuk tidak terlalu sering membuka media sosial
  • Sibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, melakukan hobi atau kesenangan
  • Fokus pada diri sendiri
  • Mensyukuri apa yang dimiliki dan fokus pada kelebihan diri
  • Sugesti diri bahwa kebahagiaan itu diri sendiri yang menciptakan, bukan dari pandangan atau penilaian orang lain atau keikutsertaan kita dalam kegiatan orang lain
  • Pahami bahwa setiap orang pasti memiliki aktivitas yang berbeda-beda tergantung kebutuhan dan situasi hidup masing-masing orang
  • Sugesti diri bahwa kegiatan orang tidak bisa menjadi patokan kegiatan kita

Rerefensi :

Christina R., Yuniardi M. S., & Prabowo A., (2019). Hubungan tingkat neurotisme dengan fear of missing out (FoMO) pada remaja pengguna aktif media sosial. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(2), 105-117. https://doi.org/10.23917/indigenous.v4i2.8024

Yunus, Firdaus M. Kebebasan dalam Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Jurnal Al-Ulum. 11(2), 267-282

https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2021/

https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3836/98+Persen+Anak+dan+Remaja+Tahu+Internet/0/berita_satker

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun