Mohon tunggu...
Yus Afiati
Yus Afiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar di PAI,Institut Pembina Rohani Islam Jakarta

Seorang ibu rumah tangga yang belajar dan mengajar, menanamkan akar agama yang kuat kepada generasi muda untuk menjadi manusia yang manfaat, mencari ridho Allah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suuzhan Anak Gadis

6 Oktober 2021   08:49 Diperbarui: 6 Oktober 2021   09:01 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

SUUZHAN ANAK  GADIS

Pagi menurutmu saat nyaman berbaring di tempat tidur lagi
Panggilan emakmu bagai  kaleng kosong berbunyi
Hangat mentari pagi  tak membuatmu beranjak menikmati
Aroma sedap masakan emak setidaknya menerbitkan selera mencicipi

Biar sebentar saja kusumbat telingaku dengan bantal mini
Tunggu mimpiku hepi ending baru puas diri ini
Petuah emak rasanya masih sama setiap hari
Duhai kiranya anak gadis tahu tak ingin kau sia-siakan hari ini

Tergopoh-gopoh sang gadis bangun saat matahari beranjak tinggi
Waduh kesiangan aku, kenapa emak tak bangunkan aku lagi
Tanpa celaan dan hinaan mulut emak masih beristighfar mohon pada Gusti Allah kuatkan diri
Sejenak merenung mengapa anak gadis berkeras hati

Saatnya si emak gadis melepas lelah sambil mengaktualkan diri
Tak lama  teriakan sang gadis diiringi pakaian berhamburan dari lemari
Gerutuan sang gadis bilang Emak emang tak adil, sama adik lebih mengasihi
Adik kaubanggakan sedang aku bodoh, jelek seperti tak berarti

Berulang kali beristighfar dan berujar, berprasangka buruk itu dosa nak  harus kau jauhi
Tak ada berlebihan selain doa terbaik untuk buah hati
Singkirkan pikiran jika nasihat akan mengekang diri berprestasi
Yakinkan seburuk apapun anak adalah permata hati

Sebanyak anak sebanyak itu potongan terbagi
Senyenyak tidurmu sepanjang doa untuk menemani
Selapar-laparnya adalah bagian kesenangan untuk wajahmu berseri
Selelah-lelahnya itu perjuangan yang harus dijalani

Kau akan belajar melakukan jika kini harus dicereweti    
Tak dekat tak jauh suatu saat kau bisa mandiri
Emak mana yang tega membiarkan anak tak dibekali
Di depan sana di ujung jalan tak terlihat ujian takkan bertepi

Gadis melembut, menunduk mengucapkan syukur kepada ilahi
Aku amanat dari Tuhan yang emak harus lindungi
Tapi aku berprasangka buruk, takut gagal dan tak percaya diri
Ini tak selamanya, sebaiknya hilangkan keresahan, hilangkan  iri dengki


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun