Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Listrik di Rumah Mati, Apalah Dayaku?

25 September 2019   10:07 Diperbarui: 25 September 2019   12:55 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika mengingat kejadian dua bulan yang lalu, saya masih saja kesal sekaligus geli. Betapa tidak? Kami sekeluarga hampir 5 hari dibawa kembali ke jaman belum ada listrik. Pasalnya, listrik di rumah tidak bisa menyala karena pulsa habis dan tidak bisa diisi kembali.

Beberapa kali mencoba memasukkan kode voucher listrik selalu tertulis gagal. Kami pun menghubungi petugas PLN di nomor customer service. Suara yang ada di ujung sana menanyakan apakah kemarin ada petugas yang datang untuk mengganti meteran yang memang harus diganti. Karena setelah ditelusuri meteran dengan nomor pelanggan yang kami miliki memang sudah saatnya diganti. 

Kami pun dengan kebingungan menjawab tidak ada. Namun raut muka mama mertua langsung berubah makin cemas.

Usut punya usut, ternyata mama mertua saya kemarin habis menolak seorang petugas yang katanya akan mengganti meteran listrik yang sudah kadaluarsa. Karena waktu itu, mama hanya sendiri di rumah, beliau tidak berani untuk mempersilakan petugas itu menjalankan tugasnya. Dan lagi setahu kami, tidak ada pemberitahuan akan ada penggantian meteran.

"Dia nggak bisa menunjukkan tanda-tanda jika dia tukang listrik dan nggak pakai seragam. Jadi mama tolak. Takut nanti suruh bayar ini, itu. Mama nggak mau disalahkan!" Ujar mama. "Petugas itu juga bilang, kalo besok mati nggak bisa diisi pulsa maka dia tidak mau langsung datang ke sini!"

Saya mengangguk-angguk menyetujui pendapat mama. Sekaligus berpendapat sama, PLN kok tidak memberitahu sebelumnya akan mengirim petugas untuk mengganti meteran. Andai saya yang ditemui waktu itu, saya jelas menolak petugas karena takut akan indikasi adanya penipuan. 

Mama terus merasa bahwa petugas itu pasti sedang membuktikan ucapannya, tidak mau datang untuk mengganti meteran. Di satu sisi, beliau juga merasa bersalah dan takut listrik di rumah akan mati selamanya gara-gara penolakan tempo hari. 

Lain dengan kakak ipar saya, dia hanya senyum-senyum menanggapi masalah ini. Lagipula dia tidak tinggal bersama dengan kami. Ternyata dialah satu-satunya orang yang diberitahu pihak PLN bahwa besok akan ada petugas mengganti meteran. Namun, dia sama sekali tidak menyampaikannya dengan mama atau anak yang lain. Duh! Lalu kalo sudah seperti ini mau apa? Nggak ada yang bisa disalahkan. Para petugas sudah menjalankan tugas dengan benar, kami sebagai konsumen yang kurang komunikasi antar sesama penghuni rumah. 

Sebagai informasi kami dalam satu rumah tinggal beberapa keluarga. Satu ibu dengan anak-anak yang sudah berkeluarga dan sedang liburan di Jogja, total semuanya ada 10 orang. Jadi tidak heran bila hanya satu diberi informasi tapi tidak disampaikan ke orang serumah maka tidak ada yang tahu.

Menghadapi situasi seperti ini, saya merasa geli sekaligus gemas. Entah gemas pada siapa. Dan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah menyalur listrik ke tetangga sambil menunggu petugas itu mengulang kembali pekerjaannya yang tertunda di sini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun