Mohon tunggu...
Yustrini
Yustrini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis juga di www.catatanyustrini.com

Harapan yang tertunda menyedihkan hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Terlalu Tampan", Susahnya Jadi Orang Ganteng

1 Februari 2019   13:22 Diperbarui: 4 Februari 2019   11:51 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 31 Januari kemarin, saya kembali mendapat  kesempatan untuk nonton bareng sama para Kompasianer Jogja. Film yang dipilih kali ini adalah film remaja adaptasi dari komik daring berjudul sama "Terlalu Tampan", karya sutradara Sabrina Rochelle Kalangie. 

Dari judulnya saja sudah bisa ditebak jika film ini mengangkat kehidupan cowok yang dikaruniai wajah ganteng. Saking terlalu tampannya sampai-sampai ada efek seperti ledakan bom nuklir ketika si cowok membuka helm-nya di hadapan siswi-siswi sekolah khusus cewek. Duarrr! Berita pun tersebar ke mana-mana hingga ketampanan seorang Mas Kulin yang tadinya tidak terekpos mulai tersebar. 

Witing Tresno Jalaran Seko Kulino alias Mas Kulin (Ari Ilham) memang sangat beruntung terlahir dari pasangan Pak Archewe (Marcelino Lefrandt) dan Bu Suk (Iis Dahlia) yang sama-sama tampan membuatnya jadi terlalu tampan. Namun dibalik ketampanannya itu membuat dirinya jadi ketakutan untuk keluar rumah walau hanya untuk bersekolah regular. Persoalan ini juga membuat keluarganya menjadi khawatir dengan masa depan Mas Kulin yang nggak mau bersosialisasi dengan dunia luar.

Kisah yang diangkat film ini sebenarnya ingin mendobrak opini yang beredar di kalangan remaja bahwa mempunyai wajah tampan atau cantik itu selalu menguntungkan. Alasannya sangat masuk akal karena kalo cakep pasti banyak yang suka, mudah mendapatkan apa saja yang diinginkan termasuk untuk mendapat popularitas dan juga pacar. Banyak cowok atau cewek yang ingin terlihat sempurna sampai menempuh jalan operasi plastik. 

Miris sebenarnya, karena dalam kehidupan sehari-hari saya juga sangat merasakan adanya pola diskriminatif antara si cakep (entah itu cowok atau cewek) dengan si wajah biasa. Yang cakep umumnya jauh mendapatkan perlakuan/perhatian ekstra daripada yang biasa. Namun perhatian yang berlebihan malah membuat si cakep merasa tidak nyaman dengan kelebihannya. 

Sepanjang pemutaran film "Terlalu Tampan" ingatan saya justru kembali ke masa-masa sekolah dulu.  Cowok tampan jadi incaran cewek-cewek, sebaliknya cewek cantik juga kalo pergi ke mana-mana harus kuat mental karena banyak cowok-cowok yang melirik, pengen kenalan atau yang nyebelin malah menggoda. Saya pun pernah mengalami masa-masa di mana takut untuk keluar rumah, takut digodain, takut dikejar-kejar cowok (apakah saya terlalu cantik kala itu? ha, ha, ha).

Semakin dewasa saya sadar jika sebenarnya wajar saja, cewek cantik itu digodain apalagi kalo masih ABG yang kelihatan polos ditambah dengan raut muka yang terlihat ketakutan. Maka orang akan dengan mudahnya berbuat keisengan bahkan sampai di luar batas kewajaran. Pada akhirnya, seseorang memilih pasangan bukan saja melihat rupa tapi juga melihat hati. 

" Nggak ada sejarahnya keluarga tampan itu nggak bisa ngedapetin apa yang diinginkan termasuk cewek," kalimat ini selalu dilontarkan oleh Mas Okis (Tara Budiman) kakaknya.

Setujukah kamu dengan pernyataan itu? Biar film ini yang akan menjawabnya. 

Banyak adegan konyol ala komik yang bertaburan membuat film ini tidak berasa seperti FTV, tapi memang sebuah film layar lebar yang layak untuk dijadikan hiburan bagi remaja dan orangtua. Tak hanya menghibur tapi juga memberikan pesan kepada para remaja agar tidak pilih kasih dalam berteman karena ketampanan dan kecantikan itu sementara, sedangkan Tuhan melihat hati. 

Rachel Amanda, Calvin Jeremy dan artis cantik Nikita Willy makin membuat film ini jadi kian bersinar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun