Mohon tunggu...
Akhmad Faishal
Akhmad Faishal Mohon Tunggu... Administrasi - Suka nonton Film (Streaming)

Seorang pembaca buku sastra (dan suasana sekitar) yang masih amatiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria dengan Seribu Peribahasa

19 November 2017   13:03 Diperbarui: 19 November 2017   13:21 1869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpapersshock.com

Aku mendengar ada sebuah pertengkaran antar kelompok disuatu daerah. Pertengkaran itu menyebabkan rusaknya ratusan bangunan yang kalau ditotal kerugiannya mencapai ratusan juta. Alasan pertengkaran itu sepele. Ejekan. Kau tahu, bahwa dulu ketika aku sekolah, saling ejek itu biasa. Entah mengejek dengan menggunakan nama binatang atau nama orang tua. Yang kedua itu sering terlontar dan terdengar. Walaupun begitu, kami tak sampai merusak dan menghancurkan properti sekolah, karena kami tak menggunakan hati bila mengejek atau mengumpat teman. Hati kami bersih, tapi memang mulut kita kotor. Tanpa hati, ada tawa dan canda disana.

Kalaupun bertengkar karena tak suka, ya diselesaikan orang per orang. Single dan itu lebih jantan, tak perlu berkelompok. Aku merasa, kami lebih dewasa daripada orang dewasa saat ini yang kalau bertengkar selalu keroyokan. Menang atau kalah? Kalau kalah, kami tak akan berlutut kepada pemenang dan sang pemenang akan berlalu begitu saja. Esoknya, kami seperti kawan. Tak ada dendam tapi tetap diulangi lagi. Karena sekali lagi, kami tak memakai hati.

Tatkala suatu sore aku mendengar ada orang bijak yang datang dari timur. Seorang pengelana. Dia akan tiba di daerah kami keesokan harinya. Dia terkenal karena cara bertuturnya mampu menyelesaikan suatu perkara. Perkataannya, kata para pengelana lain yang sering datang ke kedai kami, berisikan penuh makna yang dalam hingga kalau pun ada daerah yang jatuh dalam pertempuran saudara, dia mampu menghentikannya.

Dia akan tiba besok, di pagi hari.

*****

Kedai kami terletak di perbatasan. Kalaupun orang tiba dari desa sebelah dan ingin menuju ke kota, biasanya akan singgah sebentar di kedai kami. Dan itu sudah pasti. Karena itu, di kedai selalu ramai para pengelana.

Kami menyajikan teh, kopi, temulawak dan jahe hangat. Para pengelana yang datang dari daerah seberang terkadang tiba di pagi hari. Suasana pagi selalu sejuk dan dingin, oleh sebab itu kami menyediakan minuman untuk kehangatan mereka. Selain itu, kami selalu menyapa dengan hangat kedatangan mereka, ini untuk perasaan mereka yang terlalu dingin karena perjalanannya.

Aku melihat dia dari jauh, saat aku sedang menyapu halaman di depan kedai. Berjalan menunggunakan sepatu bot besar, memakai jas besar namun lusuh dan bertopi koboi. Tangannya memegang pipa rokok. Mirip kartun popeye, bila kau tahu, tetapi lebih sangar.

Dia tiba tepat di depanku,

"Hei bocah, apa ada kursi untukku?" tanyanya, suaranya berat.

"Oh ada, tuan. Silahkan masuk, saya akan siapkan kursinya," jawabku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun