Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Kebelet" Menjadi Pemimpin, Jangan Mengambil Kekuasaan Secara Pribadi

10 Agustus 2021   07:39 Diperbarui: 14 Agustus 2021   19:23 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Don't take power personally - Richard L Daft

Banyak orang ingin menjadi pemimpin dan berada di puncak sebuah organisasi, tidak hanya mau,  tetapi ingin banget tak tertahankan seakan sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Dan Anda sudah bisa menduga, kalau kebelet ini sudah datang, segala cara akan dilakukan demi mewujudkannya.

Betul, akhir-akhir ini, pemberitaan rame sekali sejumlah tokoh ingin menjadi RI-1, menjadi Presiden negeri ini. Walaupun agendanya di tahun 2024 nanti, tetapi sekarang para tokoh ini sudah tampil seakan sudah menjadi orang nomor satu di dalam republik ini.

Ini tidak salah, dan sah-sah saja, bukan ?! Tetapi, ketika niat yang sudah memuncak tidak bisa dikendalikan lagi oleh diri sendiri, maka umumumnya hasilnya tidak baik, mengecewakan dan bahkan menjadi "dagelan" publik yang menyakitkan.

Bijaksana bila merenungkan nasehat pakar kepemimpinan agar mampu mengelola 'kebelet" menjadi pemimpin. Richard L. Daft (2018) mengatakan, "do not take power personally" - jangan merebut kekuasaan itu secara pribadi, demikian salah satu sub judul dalam buku teksnya The Leadership  Experiennce yang dipakai secara global.

Semua pemimpin dan calon pemimpin harus menyadari makna dan pesan ini agar terhindar dari bahaya dan kekacauan yang potensi terjadinya akan sangat tinggi, dan bisa merugikan banyak pihak untuk waktu yang panjang.

Pertama, menjadi seorang leader harus melibatkan banyak orang sebagai follower, stake holders, lingkungan baik yang dekat maupun yang luas, orang atau lembaga yang sudah ada bahkan yang akan ada, semua terkait dengan peran dan kiprah seorang pemimpin dalam organisasi.

Kehadiran seorang pemimpin akan membawa dampak bagi kehidupan orang lain, karena sesungguhnya, peran pemimpin itu adalah membawa dan membuat perubahan, dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang tertinggal menjadi maju, dari miskin menjadi kaya yang semuanya dikemas dalam tujuan, visi dan misi serta target yang harus diwujudnyatakan secara seksama.

Kedua, kepemimpinan itu menjadi kesempatan untuk menggunakan segala kekuatan dan pengaruh demi mewujudkan tujuan ortganisasi, tetapi kekuasaan juga ada kecenderungan disalahgunakan. Dan ketika kekuasaan salah digunakan maka akan melukai dan menyakiti orang lain.

Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan pada dasarnya adalah demi kepentingan sendiri dan ataupun kepentingan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun