Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mampukah Kampus Merdeka Melawan "Employee Mindset" di Kalangan Mahasiswa?

6 Februari 2021   06:07 Diperbarui: 7 Februari 2021   05:07 3406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi employee mindset (Sumber: www.shutterstock.com)

Teruntuk para dosen, coba tanyakan kepada mahasiswa yang baru masuk perguruan tinggi tentang "apa tujuan mereka belajar dan menjadi seorang sarjana".

Anda pasti akan dibuat kaget dengan jawaban mereka yang "nyaris" hampir seragam, hanya cara ngomongnya yang berbeda. 

Mereka semua ingin menjadi employee atau menjadi pekerja di sebuah perusahaan, atau di lembaga pemerintahan dan semacamnya. Kalau pun ada jawaban yang berbeda dari itu, sangat tidak signifikan jumlahnya.

Tentu saja tidak ada yang salah dengan jawaban para mahasiswa baru ini. Sangat lumrah, setelah selesai sekolah dan mendapatkan selembar ijazah sebagai pengakuan bahwa mereka disebut sebagai "sarjana", dan menjadi tiket untuk bisa mendapatkan sebuah pekerjaan. Lalu, mereka bekerja mendapatkan gaji setiap bulan untuk menlanjutkan kehidupan. 

Tetapi, ini menjadi problem besar bagi negeri ini kalau semua sarjana atau lulusan perguruan tinggi itu hanya sekadar menjadi seorang employee dan bukan menjadi entrepreneur atau pengusaha/wirausaha yang mampu menciptakan pekerjaan. Efeknya akan menciptakan banyak pengangguran ketika pertumbuhan lapangan pekerjaan jauh ketinggalan di belakang ketimbang jumlah yang mencari pekerjaan.

Dilansir dari BPS - Badan Pusat Statistik tentang pengangguran di Indonesia mencapai angka 9,77 juta orang pada Agustus 2020, yang menaik sekitar 2,67 juta dibanding tahun sebelumnya. Dan data menjelaskan TPT atau pengangguran terbuka dengan lulusan Diploma I hingga III sebesar 8,08 %, strata I- 7,35 %, SMK sebesar 13,55 %, SMA-9,86 %, SMP-6,46 %, dan lulusan SD-3,61 %. (akurat.co)

Sudah lama dan publik paham kalau pengangguran sarjana sangat serius di Indonesia dan menjadi masalah akut terkait dengan pola dan sistem pendidikan tinggi yang selalu berganti ketika rezim maupun pejabat berganti. 

Dan kini Mendikbud yang baru Nadiem Makarim pun melakukan perubahan lagi dengan MBKM-nya, yaitu Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Sebuah ikon pengikat perubahan yang sedang dikerjakan sang Mas Menteri ini.

Kini sudah setahun MBKM ini diluncurkan, dan terus saja muncul paket kebijakan yang entah kapan akan berakhir dan fokus untuk mengendalikan implementasinya di dalam proses pembelajaran di ruang-ruang kuliah. 

Kini pertanyaan seriusnya adalah, mampukah MBKM melawan dan mengikis habis mentalitas mencari kerja atau employee mindset di kalangan mahasiswa? 

Dengan beban belajar yang memuat hingga 147 SKS bagi strata-1 dengan durasi paling cepat 4 tahun, rasanya kok tidak mudah ya. Apalagi dalam waktu singkat, rasanya mimpi untuk mengubah mahasiswa keluar dari "jebakan employee mindset".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun