Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gaya Kooptasi Jokowi dan Politik Apresiasi Irma Nasdem

23 Desember 2020   13:52 Diperbarui: 23 Desember 2020   17:08 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191023120823-4-109362/media-asing-heboh-soroti-prabowo-rival-jokowi-masuk-kabinet

Hari ini, Rabu 23 Desember 2020 sesuai janji, Jokowi melantik 6 orang menteri baru dalam gerbong Kabinet Indonesia Maju. Sejak diumumkan sehari sebelumnya, apreasiasi mengalir deras kepada Presiden Jokowi atas keputusannya melakukan reschuffle terbatas. Artinya, enam orang yang dipilih menggantikan posisi menteri, dianggap sesuai ekspetasi dari publik terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh Indonesia yang akan segera memasuki tahun 2021.

Lain halnya dengan kubu Partai Nasdem, yang mungkin sangat tidak happy dengan pilihan Jokowi dari enam menteri baru. Dengan masuknya Sandiaga Uno seakan menyempurnakan kehadiran kubu lawan politik dalam Pilpres 2019 menyatu dengan KIM. Melalui tokoh Nasddem Irma Chaniago menyampaikan ketidaknyaman itu kepada publik.

Terkesan sekali bahwa Irma menilai Pilpres 2019 bagaikan dagelan saja, dan seakan menjadi sandiwara. Lha, kalau akhirnya dua pasangan yang berada di kubu berbeda saat Pilpres yang nyaris membelah bangsa ini, dan sekarang menyatu dalam KIM, untuk apa diadakan Pilpres?! Lalu untuk apa semua perjuangan para partai pendukung selama kompetisi sengit berlangsung hingga di meja Mahkamah Konstitusi?

Politik Apresiasi Irma Nasdem

Kompas.com menurunkan berita dengan judul "Sandiaga Uno Jadi Menteri Jokowi, Irma Suryani NasDem: Percuma Berdarah-Darah, Buat Apa Ada Pilpres", sementara ccnindonesia.com "Irma NasDem soal Sandiaga: Percuma Berdarah-darah di Pilpres", dan masih banyak pemberitaan serupa akan ketidaknyaman dari Partai Nasdem terhadap perombakan terbatas kabinet Jokowi.

Nada sumbang Irma ini bukan hanya sekarang, karena ketika Jokowi memilih menteri dari Partai Gerinda yaitu Prabowo dan Eddi Prabowo penuh polemik dan tantangan dari partai yang tegabung dalam kemennagan Jokowi menjadi RI-1 untuk perideo 2019-2024. Tetapi waktu itu, publik melihat hal yang lebih besar yang sedang dikerjakan oleh Jokowi bagi Indonesia Maju dan Unggul.

https://www.kompas.tv/article/132611/sandiaga-uno-jadi-menteri-jokowi-irma-suryani-nasdem-percuma-berdarah-darah-buat-apa-ada-pilpres
https://www.kompas.tv/article/132611/sandiaga-uno-jadi-menteri-jokowi-irma-suryani-nasdem-percuma-berdarah-darah-buat-apa-ada-pilpres
Nampaknya, Irma Nasdem sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi sehingga merasa bahwa Jokowi tidak mengapresiasi partai yang memenangkannya. Bahkaan sudah berdarah-darah berjuang, tetapi begitu mudah masuk Sandiaga Uno yang sempat hampir memecah belah bangsa ini.

"Kalau Capres dan Cawapres lawan, dua duanya masuk kabinet, untuk apa ada Pilpres kemarin yang hampir saja membelah Indonesia menjadi dua," ujar Irma yang kini jadi Komisaris Pelindo I itu. "Terpikirkan kan tidak sih jika sampai Jokowi-Ma'ruf kalah? Apa yang terjadi dengan kami-kami yang bertarung habis habisan."

Irma yang terkenal sangat vokal dan suka to the point secara politik ini menegaskan agar Jokowi mengapresasi pengorbanan para pendukung kemenangan saat Pilpres. Apresiasi bisa saja dengan tidak lagi memasukan orang dari kubu lain politiknya. Atau bisa juga dengan kesempatan itu diberikan kepada salah satu partai pendukung.

Kalaupun tidak diberikan kepada partai pendukung, tetapi jangan berikan juga kepada partai musuh politik, karena ini akan lebih menyakitkan dan mungkin itu yang dimaksud dengan tidak diapresiasi oleh sang presiden.

"Ini bukan soal pamrih atau tulus, tapi ini soal apresiasi," imbuh Irma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun