Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

"Warning" JK tentang Kekosongan Kepemimpinan Nasional: Opini atau Fakta?

22 November 2020   09:22 Diperbarui: 23 November 2020   11:13 4583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: (PMI via kompas.com)

"Ukuran sejati dari kepemimpinan adalah pengaruh - tidak lebih, tidak kurang" ~ John C Maxwell

Peringatan yang disampaikan oleh Jusuf Kalla tentang kekosongan kepemimpinan nasional yang mampu menyerap aspirasi masyarakat secara luas, mendapatkan perhatian yang serius dan luas. dan opini publik begitu kencang tentang adanya agenda di balik warning keras dari wakil presiden ke-10 dan 12 ini.

Ada 3 alasan mengapa peringatan dari JK ini begitu menarik perhatian publik. Pertama, disampaikan di tengah pro dan kontra kepulangan Habib Rizieg dengan pelanggaran protokol kesehatan Covid-19 yang terang-terangan seakan disana ada pembiaran yang melibatkan para penanggungjawab pada sejumlah level.

Kedua, rasa ingin tahu publik tentang siapa orang kuat yang ada di belakang kepulangan HR yang selama 3 tahun berada di Arab dengan sejumlah masalah hukum yang menyertainya dan kembali seakan-akan semua urusan hukum sudah tuntas, padahal publik merasa tidak ada langkah tindakan konkrit dari pemerintah. Lalu ada apa gerangan?

ketiga, rasa ingin tahu masyarakat tentang peta kekuatan politik menuju pemilihan umum presiden tahun 2024, betulkah ada agenda besar yang sedang dirancang untuk memenangkan pertarungan politik 4 tahun kedepan.

Bagi saya lebih menarik memahami pesan kunci yang disampaikan oleh JK yang sudah kenyang dengan pengalaman kepemimpinan di negeri ini, adalah isu tentang kepemimpinan nasional yang menjadi kebutuhan bangsa ini untuk menjawab persoalan besar negeri ini agar mampu menjadi yang terbaik setelah sekian puluh tahun "dijajah" dan terpenjara dalam sistem dan rezim orde baru.

Warning serius, tegas, lugas dan keras yang disampaikan oleh JK ini apakah sekedar opini (opini tendensius) atau fakta yang memang benar-benar nyata ada di dalam bangsa ini sebagai realitas yang harus dicermati secara obyektif? 

JK menyampaikan pemikirannya dalam sebuah diskusi secara virtual pada Jumat 20 November 2020 dengan tema "Partisipasi Masyarakat Sipil dalam Membangun Demokrasi yang Sehat". Channel youtube kompas.tv menyajikan statement dari Jk yang menjadi inti pesan yang menjadi viral, yaitu:

"...Karena ada kekosongan kepemimpinan nasional yang dapat menyerap aspirasi masyarakat secara luas. Adanya kekosongan itu, begitu ada pemimpin yang kharismatik, katakanlah kharismatik begitu, atau ada yang berani memberikan alternatif, maka orang mendukungnya. Ini suatu yang disebut masalah Habib Rizieg, ini sesuatu indikator, bahwa ada proses yang diperbaiki dalam sistem demokrasi kita.." 

Peringatan yang disampaikan oleh JK secara bebas, artinya tanpa teks, sehingga kalimatnya mengalir begitu saja, menjelaskan bagaimana dia mengikuti, memahami dan mengidentikasi apa yang sedang terjadi, lalu dikemas dengan sebuah warning "kekosongan kepemimpinan nasional".. 

Nampaknya JK memulai dengan fakta yang ada dan sedang terjadi, dan masih terus menjadi pro dan kontra di tengah publik. Terutama ketika adanya reaksi dan tindakan dari pihak pemerintah dalam menangani situasi yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun