Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Share-Loc" sebagai Ukuran Kinerja Karyawan ketika WFH

9 Juni 2020   15:19 Diperbarui: 10 Juni 2020   09:44 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Google Mpas | Gambar oleh Tobias Albers-Heinemann dari Pixabay

Dengan "share-loc" maka orang yang meminta atau kita kirimkan, akan mengetahui posisi kita di mana saat itu secara real time.

Share-loc merupakan fitur yang paling banyak digunakan untuk memberitahukan alamat yang akan dituju atau dicari misalnya.

Di dalam pesan share-loc akan nampak dalam bentuk "maps" atau peta posisi seseorang berada dalam waktu tertentu.

Pertanyaannya, apakah dengan seorang karyawan share-loc nya kepada bos  atau atasannya sudah mencukupi menilai pekerjaan si karyawan?

Ini pertanyaan menarik untuk didiskusikan. Sangat mungkin bagi seorang atasan cukup baginya untuk mengetahui bahwa karyawannya sedang berada di rumah, di tempat yang benar sesuai dengan "pakem WfH", dan itu artinya dia sedang melakukan pekerjaanya sesuai rules game dari perusahaan yang mempekerjakan si karyawan itu.

Apakah si karywan melakukan pekerjaan dengan baik dan benar, nampaknya itu menjadi persoalan lain yang harus dijawab dalam melakukan performance appraisal.

Poin ini akan menjadi krusial, apabila penilaian kinerja itu akan mempengaruhi keputusan nasib si karyawan. Misalnya, apakah ada promosi jabatan, kenaikan gaji, pemberian insentif dan bonus atau yang lain. Di sini dituntut keakuratan yang tinggi dalam memberikan score atau nilai kinerja si pekerja.

Paradigma Penilaian Kinerja saat WFH

Penilaian kinerja karyawan baik pada level operasional maupun tingkat manajerial telah menjadi simpul kritis dalam wilayah ilmu manajemen sumber daya manusia. Terutama dalam konteks performance management system maupun performance appraisal.

Richard Rudman dalam bukunya berjudul Performance Planning & Review, 2nd Edition (2014) menyentil dengan mengatakann "apakah performance management and appraisal itu obat atau Penyakit?".

Ada satu jangka waktu yang panjang menempatkan penilaian kinerja sebagai sebuah rutinitas belaka saja sehingga lama kelamaan menjadi beban dan menggangu dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dan tentu saja di anggap sebagai penyakit ketimbang obat atau penyelesaian masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun